Mohon tunggu...
Tommy Gunawan
Tommy Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Proyek "Koplak" Ala Labusel

2 September 2018   14:51 Diperbarui: 2 September 2018   15:00 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seyogyanya, proyek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk kemaslahatan orang banyak, memberikan manfaat untuk masyarakat, dan dilaksanakan dengan rasa tanggung jawab, mengutamakan aspek transparansi, serta tepat guna. Namun, apabila kita menelisik peristiwa-peristiwa yang terjadi, kita akan menemukan hal-hal yang janggal, menggelitik, terkadang irasional.

Pada kesempatan ini, saya tidak akan mengulas "koplak"nya pelaksanaan proyek pembangunan secara nasional, cukup di daerah kita saja, Labuhanbatu Selatan tercinta, agar kita dapat tertawa bersama sekaligus geram bersama, serta berharap bisa melawan secara bersama-sama pula.

Saya tidak akan menjabarkan seluruh proyek pembangunan yang sudah dilaksanakan, proyek siluman, dan semacamnya, hanyak sebahagiaan kecil saja, yang rasa-rasanya mengganjal di pelupuk mata, mengingat posisi saya bukanlah Tim Auditor Divisi Pencegahan Korupsi Secara Damai. Saya bertindak sebagai mahasiswa, seorang pemuda yang risih dengan adanya "koplakisme" pada sektor apapun, terutama yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.

Pertama sekali, saya akan mengulas secara ringan tentang proyek "semi abadi" pembangunan Gedung DPRD Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sebelum anda bertanya kenapa proyek "keren" ini yang saya ulas, saya akan jawab duluan. Proyek ini saya bahas karena beberapa bulan yang lalu saya dan kawan-kawan yang tergabung dalam satu organisasi mahasiswa melakukan aksi demonstrasi atas "lupa"nya yang mulia anggota dewan kita yang terhormat atas pembangunan istananya, saking lupanya, mereka bisa dengan tenang menjawab bahwa biaya pembangunan gedung wakil rakyat itu hanya berkisar 50 Milyar Rupiah dengan lama pembangunan sekitar 4 tahun. Mantap.

Padahal mereka tahu, mereka sadar bahwa gedung DPR (DPR-RI/DPRD) adalah salah satu gedung yang merepresentasikan kekuatan dan kedaulatan rakyat (walaupun sebenarnya mereka tidak selalu berpihak pada rakyat). Namun karena cinta harta dan jabatan, mereka memilih bungkam, takut kalau bersuara terlalu keras akan di-PAW, maka diam adalah jalan keselamatan, sementara sang penguasa dengan sedikit trik sulap bisa "mensimsalabimkan" rumah dinasnya.

Hei, buka matamu. Uang sebanyak itu hanya untuk membangun tempat tidurmu saat acara rapat ?. Yang kadang-kadang kaupun malas untuk hadir disitu. Andai saja uang itu boleh dibagikan untuk rakyat, sudah bisa membeli rumah KPR Bersubsidi sebanyak 400-an rumah sekaligus SHM-nya, atau menyekolahkan ribuan anak Labusel, atau mensubsidi biaya kuliah ratusan mahasiswa asal Labuhanbatu Selatan sebanyak ratusan orang (bayangkan dan andaikan sendiri untuk yang lain). Paham ?.

Maaf, saya menulisnya dengan banyak rasa kesal dan geram, namun itulah proyek "koplak" yang pertama saya ulas. Semoga sudah menggugah nurani kita.

Saya akan lanjutkan pada proyek yang kedua. Bagi masyarakat Labuhanbatu Selatan, Lapangan SBBK (Dulu bernama Marsipature Hutanabe/MHB) merupakan lapangan kebanggaan yang memiliki sejuta cerita dan kenangan. Jadi, wajar saja Pemkab Labuhanbatu Selatan dengan pembangunan pendopo megah yang memiliki fasilitas lengkap yang bernilai milyaran rupiah. Pagar dan gapura yang bersusun kokoh pun seakan menegaskan "Kau harus bangga dengan lapangan ini, nak".

Akan tetapi rasa banggaku runtuh, mata dan hatiku sakit melihat gapura gagah diruntuhkan oleh kekuatan perintah penguasa. Beton yang berharap bisa mengabdi beberapa puluh tahun lagi di godam dengan "fee proyek" yang cukup besar. Ah sudahlah, saya tidak usah terlalu panjang membahas berapa rupiah yang sia-sia akibat dari kebodohan petugas perencana pembangunannya. Kalau anda belum bisa menggambarkannya, mari kita tanya pada pihak-pihak terkait. Kalau tak dijawab, tanyalah pada rumput yang bergoyang. Jangan demo-demo (Titah Sang Maharaja).

Ya kalau anda masih nekat demo, siap-siap demo di kantor Bupati rasa Istana Kepresidenan. Anda pasti "dipaksa" menyuarakan aspirasi di luar pagar, jauh dari tempat mereka tidur, karena yang ada di dalam bukan milikmu.

Saya pikir, tulisan ini cukup sampai disini dulu, akan berlanjut ke tulisan berikutnya, takut tulisan yang terlalu panjang mengakibatkan kemalasan kita dalam membacanya. Sebagai penutup, renungilah pesan Rasulullah ini: "Jika kamu melihat sebuah kemungkaran, maka lawanlah dengan tanganmu, jika tidak mampu maka dengan lisanmu, apabila tak mampu lagi maka dengan hatimu, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun