Mohon tunggu...
Muhammad Fatkhurrozi
Muhammad Fatkhurrozi Mohon Tunggu... Insinyur - fantashiru fil ardh

Pengamat politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menimbang Patimban

27 Desember 2020   07:08 Diperbarui: 27 Desember 2020   07:56 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Lokasi pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang dan berbagai pabrik-pabrik otomotif investasi Jepang di sekitar Bekasi dan Karawang. | dokpri

Pelabuhan Patimban, yang tahap awalnya diresmikan pada 20 Desember lalu, akan mulai melaksanakan tugasnya sebagai hub impor-ekspor pendukung Tanjung Priok. 

Pelabuhan yang direncanakan akan menjadi yang terakbar di Indonesia tersebut diharapkan dapat membantu meringankan sengkarut logistik yang dihadapi Republik kepulauan terbesar ini. 

Namun pembangunannya sarat dengan muatan kepentingan Negeri Sakura. Megaproyek tersebut diguyur dana triliunan dengan bunga miring. Apa faedahnya bagi rakyat Indonesia?

Megaproyek Patimban

Pelabuhan Patimban merupakan proyek strategis nasional (PSN)[1] yang dimaksudkan untuk meningkatkan performa logistik di tanah air. Pelabuhan Tanjung Priok, tulang punggung ekspor-impor Indonesia selama ini, dirasa tidak lagi efisien dalam melaksanakan tugasnya. Di dalamnya, kontainer yang dilayani sudah terlalu banyak. Agak keluar dari pelabuhan, lalu-lintas di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok memang sudah tidak masuk akal. 

Peralatan di Tanjung Priok dirasa sudah usang. Butuh 6,4 hari bagi para kontainer untuk dapat dimuat keluar pelabuhan. Angka ini jauh di bawah Pelabuhan Singapore yang hanya butuh 1 hari. Sistem logistik kita terbelakang, ongkos kirim berbagai kebutuhan pokok lalu meroket. Menurut perhitungan World Bank, terjadi fenomena underinvestment di sektor infrastruktur Indonesia, yang berbuntut pada minus 1% angka pertumbuhan GDP dari tahun 2004 hingga 2014[2].

Keberadaan Pelabuhan Patimban diharapkan dapat memperbaiki performa logistik tanah air disamping mengurangi beban Tanjung Priok. Menurut Kementerian Perhubungan, kedua perlabuhan tersebut nantinya akan saling mendukung. Bisnis dan pabrik yang berada di hinterland Jakarta, Bekasi Barat, Tangerang dan Bogor akan dilayani oleh Priok. Sedangkan yang di Karawang, Subang, Cirebon, akan dilayani oleh Patimban.

Megaproyek Pelabuhan Patimban dibangun dalam tiga tahap. Tahap pertama terbagi atas Tahap I.1 dan Tahap I.2. Konstruksi tahap I.1 telah dimulai pada bulan Juli 2018 dan ditargetkan selesai pada 2021. 

Pada Tahap I.1, Pelabuhan Patimban akan melayani bongkar-muat dengan luas terminal 35 hektare (ha), yang mampu menampung 250.000 Twenty-foot Equivalent Unit (TEUs) peti kemas. Di samping itu, akan juga dilengkapi dengan terminal kendaraan seluas 25 hektar yang dapat menampung mobil sebanyak 218.000 CBU (Compeletely Bulit Up).

Pada pembangunan Tahap I.2 akan terdapat 3 segmen pembangunan fasilitas, yakni perluasan terminal peti kemas, perluasan terminal kendaraan, dan terminal RoRo. Kapasitas terminal peti kemas akan ditingkatkan mencapai 3,75 juta TEUs, terminal kendaraan 600.000 unit CBU, dan terminal RoRo sepanjang 200 meter. 

Tahap I.2 ini direncanakan selesai pada 2023. Proyek pembangunan Pelabuhan Patimbang secara keseluruhan direncanangkan rampung pada tahun 2027. Setelah pengembangan tuntas, Pelabuhan Patimban akan mampu menampung 7,5 juta TEUs peti kemas, 600.000 unit CBU, dan kapal RoRo[3].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun