Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Moeldoko, Belajarlah pada Gatot Nurmantyo

7 Maret 2021   15:37 Diperbarui: 7 Maret 2021   17:22 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar tribunnews.com

"Maksud saya begini, apakah iya saya dibesarkan oleh dua Presiden. Satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono, satu lagi Pak Joko Widodo, kan gitu. Terus saya membalasnya dengan mencongkel (kudeta) anaknya," Gatot Nurmantyo

Tampaknya Moeldoko harus banyak belajar dari Gatot Nurmantyo. Seperti kita tahu Moeldoko menerima pinangan kader partai Demokrat yang membelot untuk menjadikannya ketua umum. Ternyata upaya untuk mengkudeta Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Ketua Umum Partai Demokrat sudah terjadi sejak lama.

Seperti yang disampaikan Gatot dalam sesi wawancara di kanal Youtube Bang Arief pada Jumat (5/3/2021), Gatot pernah didatangi seseorang dan memintanya untuk menjadi ketua umum Demokrat. Gatot pun bertanya bagaimana caranya. Lalu orang tersebut menjelaskan, caranya sama seperti yang dilakukan saat ini yaitu membuat kongres luar biasa. Tujuannya adalah untuk membuat mosi tidak percaya kepada kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono.

Namun Gatot nurmantyo menolak tawaran tersebut. Alasannya sederhana, Gatot merasa Susilo Bambang Yudhoyono adalah sosok yang berjasa pada karir militernya.

"Saya bilang menurunkan AHY, saya bilang gini lho, 'Saya ini bisa naik bintang satu, bintang dua, taruh lah itu biasalah. Tapi kalau begitu saya naik bintang tiga itu Presiden pasti tahu kan gitu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti Presiden tahu. Apalagi Presidennya tentara waktu itu Pak SBY ya kan. Tidak sembarangan gitu," Gatot Nurmantyo

Maksud saya begini, apakah iya saya dibesarkan oleh dua Presiden. Satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono, satu lagi Pak Joko Widodo, kan gitu. Terus saya membalasnya dengan mencongkel (kudeta) anaknya," Gatot Nurmantyo.

Di sisi lain karier Moeldoko mulai memuncak ketika menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD. Jabatan itu diemban Moeldoko selama kurang lebih 3 bulan, terhitung sejak 20 Mei hingga 30 Agustus 2013. Setelah itu, Moeldoko ditunjuk oleh Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang tidak lain mantan Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus ayah AHY, untuk naik pangkat dan menjadi Panglima TNI.

Alumnus Akabari angkatan 1981 ini menggantikan Laksamana Agus Suhartono saat ditunjuk sebagai orang nomor satu di TNI.

Melihat fakta ini adalah hal yang wajar jika Susilo Bambang Yudhoyono terlihat begitu sedih dan sakit hati saat melakukan konferensi pers atas kongres luar biasa di Deli Serdang Sumatera Utara. Bahkan Susilo Bambang Yudhoyono sampai meminta maaf kepada Allah karena merasa berdosa sudah mengangkat Moeldoko menjadi Panglima TNI.

Melihat fakta ini memang tidak seharusnya Moeldoko menerima pinangan menjadi ketua umum partai Demokrat. Terlepas dari kisah masa lalu ini cara Moeldoko mengambil alih Partai Demokrat sebenarnya terhitung kasar dan tidak beradab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun