Lalu apakah dua sosok yang saya sebutkan diatas dapat dikategorikan "hypercritical" ?
Karena mereka berdua selalu dengan dalil kebebasannya menilai orang lain, maka kali ini kita akan coba menilai mereka.
Sebagai seorang akademisi dan ketua DPR, apakah yang mereka kritik substansial? Menurut saya Fadli dan Rocky tak perduli dengan substansi.
Mereka hanya perduli pada celah agar punya bahan untuk menjatuhkan lawannya.
Memang sih, khususnya Fadli, dia adalah seorang politisi, tapi dia lupa kalau dia juga adalah ketua DPR.
Keliru sekali kalau dia mengambil posisi sebagai musuhnya pemerintah, apalagi musuhnya Jokowi. Dia itu mitra kerja pemerintah.
Sedangkan Rocky Gerung, dia adalah akademisi, maka pengamatan yang diucapkannya harusnya seimbang.
Jika ada yang buruk paparkan juga sisi baiknya. Kritiknya harusnya menetralkan kesimpang siuran di masyarakat.
Bahkan tampak kalau kedua sosok ini begitu menikmati kritik dan perdebatan. Selain membuat nama mereka semakin terkenal, buat saya mereka terlihat begitu menikmati permainan yang mereka ciptakan sendiri.
Dari gejala yang saya lihat Rocky Gerung dan Fadli Zon bisa dikatakan termasuk orang yang "hypercritical." Akan sangat panjang jika saya jabarkan poin demi poin.
Tapi secara keseluruhan, kita dapat melihat bahwa semua indikator seorang "hypercritical" itu match dengan perilaku mereka.
Boleh setuju boleh tidak. Salam.
Penikmat yang bukan pakar