Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Fadli Zon dan Rocky Gerung Serta Hypercritical yang Diidapnya

12 Februari 2019   22:17 Diperbarui: 15 April 2019   15:26 2643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fadli membandingkan bahan bacaan Jokowi dengan para pendiri bangsa seperti, Sutan Syahrir, Bung Hatta, hingga Hos Cokroaminoto.

Menurutnya para pendiri bangsa itu bacaannya harusnya buku "Indonesia Merdeka" dan sejenisnya, bukan komik Doraemon atau Shincan.

Tentu masih banyak contoh yang bisa saya tuliskan jika bicara Fadli Zon, tapi saya akan coba mengambil contoh lain.

Siapa yang tak kenal Rocky Gerung.Dia adalah (yang ngakunya) akademisi yang komentarnya selalu khas, dia memadukan unsur filsafat, fiksi, diksi, dan analogi untuk mempertajam argumennya. Dan menurut saya itu berhasil.

Kata "dungu" adalah tagline yang dipopulerkannya untuk menyebut Presiden Joko Widodo, termasuk kepada para pendukung Jokowi yang sering diibaratkan cebong yang suka ngumpul di kolam.

Sekalipun dengan tata bahasa yang berbeda, Fadli Zon dan Rocky Gerung adalah dua sosok yang tak pernah sekalipun tak mengkritik Jokowi.

Jangan harap ada pujian apalagi apresiasi untuk kinerja pemerintah. Saya tak menyalahkan sih, mungkin melalui kaca mata mereka yang terlihat adalah suatu kekurangan yang memang harus dikritik terus menerus.

Baru-baru ini saya menemukan sebuah istilah, namanya "hypercritical."Istilah ini dicetuskan oleh seorang dokter inggris pada abad ke-20 bernama D.Martyn Lioyd-Jones."hypercritical"sendiri memiliki arti, sebuah kritik tapi kelebihan dosis.

"Hypercritical" adalah dorongan untuk cenderung kritis, yang berarti bahwa ia menyenangi kritik demi kritik itu sendiri dan menikmatinya.

Orang yang mengidap gejala ini mengkritik orang supaya senang, mengkritik bukan demi perbaikan tapi kepuasan.

Ia adalah orang yang mendekati segala sesuatu untuk mengkritik, sambil mengharapkan bahwa ia akan menemukan kesalahan-kesalahan dan mengharapkan yang terburuk. Ia mendapatkan kepuasan ketika menemukan kesalahan dan cacat pada diri orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun