Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mewaspadai Ide Mubazir Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil

6 September 2018   19:13 Diperbarui: 15 April 2019   15:23 4432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dukungan saya terhadap Ridwan Kamil untuk menjadi gubernur jawa barat bisa digambarkan dengan apa yang diucapkan oleh Mahfud MD," masyarakat tidak boleh golput untuk menghindari pemimpin yang jahat berkuasa." Jadi sebenarnya bukan karena saya murni mendukung Ridwan Kamil.Pilihan saya awalnya jatuh pada pemimpin daerah Purwakarta Dedi Mulyadi.

Tapi saat Dedi Mulyadi memilih untuk menjadi wakil dari Deddy Mizwar pada pilgub jabar beberapa waktu yang lalu, maka Ridwan Kamil adalah pilihan terbaik.Toh kinerjanya di kota Bandung tidak jelek-jelek amat.

Seperti yang kita tahu, kemarin (5/9/18) pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruhzanul Ulum beserta delapan gubernur telah dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta. 

Sedari awal saya sudah yakin kalau Ridwan Kamil akan menang dalam pilgub jabar siapapun pendampingnya. Alasannya, karena Ridwan Kamil adalah sosok yang populer di media sosial.Dia diidolakan banyak kawula muda berkat ide-idenya yang dianggap kreatif.

Contohnya soal taman, beberapa taman di kota Bandung memang telah direnovasi sejak kepemimpinan Ridwan Kamil di kota Bandung. Saat taman tersebut sudah bagus, lalu didokumentasikan dalam bentuk foto untuk kemudian dibagikan di media sosial.

Jadilah, seolah tak ada masalah yang krusial di kota Bandung ini. Ridwan Kamil juga dikenal sebagai sosok yang kreatif, tapi sebagai orang Bandung yang melihat dengan mata kepala sendiri, sebenarnya cukup banyak ide Ridwan Kamil yang mubazir dan sekedar program yang terkesan "kurang kerjaan."


Diawal kepemimpinannya Ridwan Kamil membuat sebuah taman yang terkesan dipaksakan di bawah jalan layang Pasupati.Taman ini menjadi sensasi karena dinamakan taman jomblo.

Tahukah masyarakat di luar kota Bandung bahwa apa yang disebut dengan taman jomblo tersebut tak layak disebut taman sedari awal.Dia hanya memanfaatkan sepetak tanah kosong di bawah jalan pasupati. Tak ada bunga-bunga bermekaran, hanya ada kursi-kursi kosong yang sepi, tiada juga lahan parkir jika masyarakat ingin bermain ke taman tersebut (walau tak layak disebut taman). Lagian mau melihat apa?

Saya bisa ngomong karena saya tinggal Bandung. Pembuatan dan penamaan taman-taman tematik dengan nama yang unik adalah program tidak substansial dari Ridwan Kamil bersama Oded Muhammad Danial di masa awal mereka memerintah di kota Bandung. Saya bisa maklum karena sebagai pemimpin baru seorang Ridwan Kamil tentu ingin membuat gebrakan. Makanya saya menyebutnya program basa-basi yang okelah, setidaknya taman-taman tersebut bisa mempercantik sedikit wajah kota Bandung.

Dikenal sebagai arsitek handal sebelum terjun ke dunia politik tampaknya tak menjadikan ide pembangunan Ridwan Kamil menjadi substansial. Memang ada beberapa hal bagus yang dibangunnya, seperti jalan layang di sepanjang Cihampelas dan jalan layang antara Antapani ke jalan Jakarta. Saya tak bilang Ridwan Kamil gagal, toh beberapa programnya seperti pinjaman ringan yang diberikan ke masyarakat dapat dinikmati dengan mudah.

sumber jabarekspres.com
sumber jabarekspres.com
Saya hanya berharap Ridwan Kamil berhenti membuat program kerja yang aneh-aneh untuk sekedar mendapatkan sensasi di media sosial.Misalnya program tempat sampah dengan dua kantong plastik untuk jenis sampah organik dan non organik. 

Belum sampai dua tahun program tersebut sudah babak belur. Ada tiangnya, plastiknya tidak ada, sampai-sampai pernah dijadikan tempat menjemur celana dalam oleh masyarakat. Bahkan tong sampah tersebut di gergaji karena tak jelas peruntukannya.

sumber gambar /news.detik.com
sumber gambar /news.detik.com
Halte juga menjadi produk gagal dari Ridwan Kamil. Kadang saya kalau berjalan di aspal kota Bandung hanya bisa geleng-geleng melihat halte yang sampai sekarangpun gak jelas mau diapakan. Sebenarnya sudah selesai atau belum pembuatannya. Karena halte tersebut tampak tidak difungsikan, dan memang saya tak pernah melihat ada orang memanfaatkan halte tersebut untuk menunggu bus.

 halte kapsul inilah yang membuat Ridwan Kamil diprotes karena dianggap tidak ramah pada kaum difabel. Sampai sekarang halte tersebut tak difungsikan, berdiri saja seperti itu, tertutup debu, kotor dan tak terurus. Demikian juga pembuatan trotoar di sepanjang jalan Jalan RE Martadinata (Riau) yang menggunakan batu granit, padahal kalau hujan trotoar dengan batu granit bisa sangat licin.

Yang membuat saya tertawa terbahak-bahak adalah pohon-pohon di kota Bandung yang sempat dipakaikan baju.

sumber gambar Tribun Jabar - Tribunnews.com
sumber gambar Tribun Jabar - Tribunnews.com
Saya tak tahu apa makna, esensi atau gunanya pohon-pohon disepanjang jalan kota Bandung dipasangi kain begini. Pertama kali saya melihat pemandangan ganjil ini saya langsung berpikir, kalau kainnya nanti sudah kotor apa akan dicuci atau langsung diganti dengan yang baru? 

Prediksi saya benar, beberapa minggu setelahnya sudah banyak kain yang melekat pada pohon-pohon tersebut yang kotor, robek, dan malah mengotori keindahan pepohonan di kota Bandung.

Yang tinggal di luar kota Bandung mungkin tidak tahu, mereka hanya tahu saat awal pohon-pohon tersebut dililiti kain dan fotonya di posting di media sosial. Mereka hanya bisa memuji dan terkagum akan keindahannya, tapi adakah Ridwan Kamil dan pemkot Bandung memposting kondisi pepohonan dan kain-kain yang tampil semerawut itu kemudian. Lagian apa faedahnya juga ya meliliti kain di pohon.

Beberapa contoh di atas hanyalah contoh betapa cukup banyak program Ridwan Kamil yang terasa mubazir dan tak substansial. Padahal program-program tersebut memakan anggaran ratusan hingga miliaran rupiah.

Ada lagi program yang sifatnya mengajak masyarakat, seperti rebo nyunda (memakai atribut sunda), kamis english (hari kamis berbahasa inggris dan lain sebagainya. Untuk program yang bersifat campaign si menurut saya tidak ada masalah, asal memang bisa memberi dampak positif.

Belum lama Ridwan Kamil melontarkan ide agar terjadi pemekaran wilayah di jawa barat, alasannya agar kesejahteraan warga meningkat. Dia membandingkan dengan Sumatera Utara yang memiliki penduduk 12 juta jiwa dan terdiri dari 33 kabupaten/kota.

Pertanyaannya dengan kondisi demikian apakah sumatera utara sejahtera masyarakatnya? Saran saya bapak gubernur jabar kita yang baru ini dapat mencari informasi lebih tentang sumatera utara. Justru dengan adanya pemekaran akan banyak muncul raja-raja baru. Akan lahir penguasa-penguasa baru yang korup.

Patut juga mengawasi dan mengkritisi program 100 hari kerja yang dicanangkan oleh Ridwan Kamil agar tak mencari sensasi belaka. Dalam 100 hari ke depan Ridwan Kamil mengatakan ada beragam program yang akan dijalankan, mulai dari peluncuran satu desa satu perusahaan, satu pesantren satu produk, peluncuran program kesehatan sampai wisata. Apa makna satu disini? Dan bagaimana secara aplikatifnya? Bergunakah buat masyarakat luas?

Sebab Ridwan Kamil adalah kepala daerah yang begitu menggaungkan konsep. Dulu dia berjanji akan membuat Bandung Teknopolis di kawasan Gede Bage? Hasilnya mana? Hanya angan-angan belaka. Konon Bandung Teknopolis akan seperti Silicon Valley di Amerika sana.

Tak tahukah Ridwan Kamil bahwa pertanianlah yang justru harus dikembangkan di kawasan tersebut. Jangan "mengkotakan" semua wilayah di Bandung. Biarkan yang desa tetap asri namun tersentuh dengan kemajuan teknologi.

Beliau juga pernah menggaungkan konsep smart city dan membuat aplikasi tetot serta Bandung Command Center yang tampaknya oke secara konsep tapi kurang dirasakan manfaatnya. Yang ada lokasi-lokasi inti seperti Cicadas, Kosambi dan Cicaheum yang semerawut dibiarkan begitu saja. Tentu tak bisa mengatasi permasalahan jalan raya dengan aplikasi dan markas yang disebut Command Center yang tampaknya hanya untuk gagah-gagahan.

Ridwan Kamil juga mengungkapkan, akan membuat teori-teori baru dalam membangun lebih cepat dan lebih inovatif. Masyarakat juga harus mengawasi agar pembangunan tidak berdasar selera sang gubernur, melainkan harus sesuai dengan ciri khas lokal. Kalau sunda ya sunda saja.

Tentu diharapkan Ridwan Kamil bisa menyelesaikan persoalan pada bidang yang strategis, seperti kemacetan, banjir, kemiskinan, pertanian hingga pariwisata. Saya harap Ridwan Kamil mengurangi program sensasionalnya karena ditakutkan menjadi mubazir seperti beberapa program yang telah dilakukannya di kota Bandung.

Penikmat yang bukan pakar

Ulasan versi video:jangan lupa like,komen dan subscribe ya guyss :)


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun