Bangunan pertama yang kami tuju adalah induk keraton. Kami masuk melalui pendopo yang menjadi jalan penghubung menuju istana yang disebut Mandiyoso. Sampai saat ini pendopo masih dipergunakan untuk urusan pemerintahan.
Terdapat banyak kursi-kursi berukir yang disediakan pihak keraton untuk tamu-tamu raja/bupati saat ini.
Setelah melalui pendopo kita akan menemukan sebuah pintu besar yakni pintu masuk keraton inti. Sayangnya kami tidak bisa menjelajah ke bagian dalam karena harus ada ijin dari Bupati Sumenep lebih dulu. Walaupun tidak bisa masuk, kami tetap diijinkan untuk mengambil foto-fotonya dari jendela.
Dari sana kami diantar ke bangunan terpisah yakni kantor raja atau dalam Bahasa Belanda disebut kantoor van de koning. Masuk ke bangunan itu kita akan melihat sebuah kaca berukuran besar yang dinamakan Cermin Tolet Besar.Â
Cermin itu dulunya diletakkan di depan pintu utama komplek keraton / labhang mesem. Namun cermin ini adalah replika, karena yang asli diletakkan di bagian dalam bangunan karena kondisinya yang sudah rentan rusak.
Fungsinya  dari cermin ini adalah agar sebelum menemui raja, para tamu atau prajurit merapikan diri lebih dulu. Jadi, kerapihan saat bertemu dengan orang itu sudah ada sejak jaman raja-raja. Kemudian kebiasaan itu diadaptasi ke sekolah hingga ke lingkungan kerja. Jadi, kalau ditegur karena nggak rapi, jangan marah, ya.
Koleksi Keraton
Menuju ke bagian dalam kantoor van de koning, kita akan mendapati barang-barang yang digunakan pihak kerajaan maupun masyarakat Sumenep sendiri di masa lampau.Â