Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bibliophile

27 Agustus 2022   20:56 Diperbarui: 27 Agustus 2022   21:11 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*

Malam ini Val merasa tidak tenang. Pikirannya tertuju pada mantera-mantera itu. Rasanya ia ingin melakukan hal yang berseberangan dengan peringatan Alton. Berulangkali Val menyentuh kertas yang ia simpan di bawah bantal tidurnya. Tiga menit pertama iblis menggodanya, 3 menit selanjutnya malaikat kembali memintanya untuk membatalkan niat jahat, begitu seterusnya.

Namun, sayangnya Val tak bisa menahan emosinya sendiri. Ia bangkit dari posisi telentang, duduk bersila di atas ranjang, perlahan dan pasti ia buka lipatan kertas di tangannya.

Bibirnya membaca ayat demi ayat yang dituliskan Alton di sana. Kepalanya terus mengingat hal-hal menyakitkan yang sudah Hardwin lakukan padanya.

Seketika angin berembus dari luar jendela. Ia bisa merasakan hawa jahat masuk melalui ventilasi kamarnya dan menuju ke kamar sebelah, tempat di mana Hardwin berada. Tanpa sadar Val menyunggingkan senyum. Senyum yang begitu puas. Terdengar suara teriakan kesakitan Hardwin dari kamarnya. Semakin kencang adiknya berteriak, Val semakin puas. Seiring dengan lenyapnya suara Hardwin secara perlahan, muncul kantuk luar biasa pada diri Val. Ia tertidur pulas.

Val bermimpi didatangi seseorang yang mengaku sebagai si pemilik mantera. Seperti seorang pria dengan wajah hitam legam, tak ada rambut di kepalanya, bola matanya bulat kemerahan hampir keluar dari tempatnya. Ia mengatakan bahwa yang tadi terjadi seperti sebuah pertunjukan hebat setelah lebih dari satu abad tidak ada generasi baru. Secara tidak langsung, Val sudah mengirimkan Hardwin ke alam lain, menjadi pengikut mereka. Val merasa sangat senang. Hardwin akhirnya tak lagi mengganggu hari-harinya.

*

Sebuah tepukan di pipi membangunkan Val. Ia begitu terkejut saat matanya dibuka. Hardwin muncul di depan matanya, dengan senyum dan tatapan usilnya.

Ia masih tetap sama. Semua baik-baik saja.

"Apa kita berada di alam lain?" suara Val terdengar lemah.

"Alam apa maksudmu, Bodoh?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun