Mohon tunggu...
Tifany Minasheila
Tifany Minasheila Mohon Tunggu... -

Me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketidakjujuran yang Membawa Petaka

24 November 2014   02:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:02 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada blog ini saya akan menceritakan pengalaman berharga yang tidak akan pernah saya lupakan. Pengalaman ini memberi banyak pelajaran untuk saya dan pastinya bermanfaat untuk teman-teman.

Kejujuran adalah hal terpenting dalam hidup ini. Kejujuran adalah karakter yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh setiap orang. Bukan tidak bisa, namun ketidakinginan untuk melakukannya. Beberapa waktu lalu, saya melupakan kejujuran itu. Ketidakjujuran ini membawa saya kepada keadaan yang sangat rumit.

Saat ini, saya duduk di kelas 2 SMA. Sekolah saya adalah sekolah asrama bertaraf internasional di Bogor. Di asrama ini, mayoritas siswa menerima dana bantuan dari beberapa perusahaan di Indonesia yang menjadi donor mereka. Menurut saya, asrama ini sangat berbeda dengan asrama lainnya. Begitu banyak peraturan yang harus saya taati ketika berada di lingkungan asrama ini. Salah satu peraturan tersebut yaitu ketika siswa mau mengikuti lomba atas nama sekolah, mereka harus membuat proposal yang diajukan kepada sekolah dengan batas waktu maksimal tiga minggu sebelum pendaftaran lomba tersebut ditutup. Aturan ini memang sedikit rumit, namun saya sebagai siswa harus menaati hal tersebut.

Kejadian ini berawal ketika saya ingin mengikuti suatu lomba pencak silat di daerah Bogor, pencak silat itu tepatnya bernama Merpati Putih. Merpati Putih adalah salah satu ekstrakulikuler yang ada di asrama saya. Saya adalah siswa yang sangat menyukai tantangan dan suka berkompetisi. Menjadi seorang atlet pencak silat memang harapan saya ketika berada di SMA ini. Ketika itu, pelatih pencak silat saya memberikan informasi mengenai Kejuaraan Kolat Merpati Putih Bogor yang akan dilaksanakan dua minggu setelah hari tersebut. Saya dan beberapa teman saya sangat tertarik pada kejuaraan tersebut. Namun di sisi lain, saya bingung bagaimana izin kepada pihak sekolah. Kejuaraan tersebut tinggal dua minggu lagi, itu artinya saya telah terlambat untuk membuat proposal kepada sekolah. Kejuaraan ini pun bertepatan dengan masa ujian tengah semester. Pada masa ujian tengah semester, siswa dilarang untuk keluar dari lingkungan asrama. Setelah berdiskusi dengan teman-teman, saya memutuskan untuk mengatakan hal ini secara baik-baik dengan pembina pencak silat sekolah saya. Setelah saya membicarakannya, ternyata pembina saya tidak setuju apabila saya dan teman-teman mengikuti kejuaraan tersebut dengan alasan keterlambatan membuat proposal, dekat dengan masa ujian tengah semester dan tingginya resiko yang harus dihadapi ketika mengikuti kejuaraan tersebut. Kejuaraan pencak silat memang sangat berbahaya, terlebih lagi karena keesokan harinya terdapat ulangan tengah semester.

Saya dan teman-teman sangat kecewa atas keputusan tersebut. Saya sangat ingin mengikuti kejuaraan, namun keadaan tidak memungkinkan. Menurut saya, kejuaraan ini memberikan peluang besar kepada anggota Merpati Putih untuk meningkatkan pengalaman dalam bertanding dalam arena pertarungan. Kami pun memikirkan bagaimana caranya agar dapat tetap ikut kejuaraan. Singkat cerita, akhirnya saya memutuskan untuk membohongi pihak sekolah dengan membuat surat permohonan orang tua yang mengatakan bahwa saya harus meninggalkan lingkungan asrama dikarenakan mengikuti perlombaan di luar lingkungan sekolah yang bersifat pribadi dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan sekolah. Padahal pada kenyatannya, saya mengikuti kejuaraan pencak silat atas nama sekolah. Masing-masing dari kami memiliki alasan berbeda, hal ini dilakukan untuk meminimalisir kecurigaan sekolah atas kami. Saya memang telah mengatakan hal ini pada orang tua. Dalam kasus ini, orang tua saya memang benar-benar mengizinkan saya untuk mengikuti kejuaraan, ia bertanggung jawab penuh dan menerima segala resiko yang mungkin terjadi.

Selain saya dan teman saya yang membuat surat izin orang tua, terdapat tiga orang lain teman saya yang terpaksa kabur dari asrama hanya untuk mengikuti kejuaraan tersebut. Saya dan beberapa teman lainnya sudah memperingatkan mereka untuk tidak melakukan hal bahaya seperti itu. Apabila ketahuan, nama pribadi mereka dan Kolat Merpati Putih akan tercoreng. Namun mereka adalah orang yang keras, sehingga mereka tidak mendengar peringatan saya dan yang lainnya.

Kejuaraan pun dimulai. Terdapat enam orang siswa dari sekolah saya yang mengikuti kejuaraan ini. Pertandingan selesai pada malam hari, tepatnya pada pukul tujuh malam. Namun sayangnya, hasil kejuaraan sangat menyedihkan, karena ternyata tidak ada satu pun dari kami yang berhasil memenangkan kejuaraan ini. Kami semua kalah pada pertandingan pertama. Kekalahan ini bukanlah masalah bagi kami, karena walaupun kami kalah, kami sudah memiliki pengalaman bertarung dalam arena. Setelah kejuaraan usai, akhirnya kami pulang menuju asrama. Saya pulang lebih dahulu dibanding yang lain, sehingga saya tiba di asrama lebih dahulu. Setelah saya tiba di kamar, saya mandi dan langsung tidur. Saya merasa sangat lelah dan ingin sekali beristirahat.

Setengah jam setelah saya tertidur, tiba-tiba saya dibangunkan oleh teman saya. Ia mengatakan bahwa saya harus menemui guru yang bertanggung jawab atas asrama. Saat itu saya begitu kesal. Saya sangat lelah dan ingin sekali beristirahat, namun dibangunkan oleh seseorang dan harus menemui kepala asrama. Saya tidak tahu mengapa saya harus menemuinya. Terlebih lagi keesokan harinya terdapat ujian tengah semester dan saya belum mempersiapkan ujian tersebut. Pikiran saya bercabang ketika malam itu.

Akhirnya saya menemui kepala asrama tersebut. Hal yang sangat tidak diinginkan pun terjadi. Tiba-tiba saja saya dimarahi dan dibentak oleh mereka. Ternyata kepala dan pengurus asrama sudah mengetahui kebohongan saya dan teman-teman. Mererka mengetahui bahwa kami telah mengikuti kejuaraan pencak silat secara ilegal tanpa izin dari sekolah. Mereka pun mengetahui bahwa ada beberapa siswa yang kabur dari asrama untuk mengikuti kejuaraan tersebut. Mereka sangat marah dan kecewa kepada kami.

Keesokan harinya, saya dan teman-teman yang terlibat dalam kasus ini dipanggil oleh sekolah. Kami berurusan dengan kepala sekolah, ketua kesiswaan, kepala asrama dan beberapa pejabat tinggi sekolah lainnya. Kami disidang dalam suatu ruangan selama dua jam. Siswa yang dipanggil untuk mengikuti sidang bukan hanya siswa yang secara langsung terlibat dalam kejuaraan hari sebelumnya, namun seluruh siswa yang aktif pada ekstrakulikuler Merpati Putih pun ikut terpanggil. Guru dan kepala asrama terus mendesak kami agar dapat berkata jujur. Mereka membuka semua kebohongan dan kesalahan kami. Kami pun mengakui semuanya. Kami menyadari bahwa kami telah melakukan beberapa pelanggaran terhadap aturan sekolah.

Oleh karena tindakan saya dan teman-teman, kami memperoleh hukuman yang cukup berat dan sebanding dengan kesalahan kami. Hukuman yang kami dapatkan yaitu ekstrakulikuler Merpati Putih dinonaktifkan selama tiga bulan, saya dan teman-teman yang mengikuti kejuaraan dilarang mengikuti ekstrakulikuler Merpati Putih lagi selama masih bersekolah di asrama ini, kami tidak boleh mengikuti kegiatan non akademik selama tiga bulan, beberapa dari kami yang memiliki jabatan organisasi di sekolah dicabut dan selama satu semester ke depan, kami berada di bawah pengawasan guru dan kepala asrama. Menurut saya, hukuman ini adalah hukuman yang sangat rumit dan merugikan.

Dari kejadian ini saya mendapat banyak pelajaran. Sebelumnya saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan mendapat hukuman seberat itu, namun kenyataannya semua ini terjadi. Satu hal yang tidak dapat saya lupakan, yaitu mengenai pentingnya kejujuran. Ketidakjujuran pada akhirnya dapat membawa seseorang pada kesulitan. Oleh karena itu, hindarilah ketidakjujuran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun