Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keindahan Pelangi Terletak Justru Dari Warnanya Yang Berbeda beda

14 Oktober 2025   20:41 Diperbarui: 17 Oktober 2025   18:49 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seandainya Semua Satu Warna Maka di Semesta ini Tak Akan Pernah Ada Pelangi 

Izinkanlah saya kutip sebait lagu Pelangi 

Pelangi, pelangi, alangkah indahmu
Merah, kuning, hijau di langit yang biru
Pelukismu agung, siapa gerangan?
Pelangi, pelangi, ciptaan Tuhan

( Pencipta lagu: Abdullah Totong Machmud)

Kalau boleh saya ingin menganalogikan kehidupan kita sebagai Pelangi. Terdiri dari insan yang berbeda beda dalam berbagai hal. Beda bahasa daerah, berbeda dalam adat istiadat, berbeda dalam gaya dan seterusnya.. Sungguh tepat dikatakan bahwa Indonesia Multi Bahasa 

Nusantara kita tercinta terdiri dari ribuan pulau yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote. Setiap pulau memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi bahasa, budaya, maupun adat istiadat. Di satu sisi, keberagaman ini menjadikan Indonesia begitu kaya dan berwarna. Namun di sisi lain, ia juga menuntut kita untuk terus belajar memahami arti sesungguhnya dari kebersamaan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar berbagai bahasa daerah: Minang, Batak, Sunda, Jawa, Bugis, Dayak, Bali, Ambon, hingga Papua. Masing-masing bahasa memiliki keindahan, makna, dan filosofi tersendiri. Semuanya adalah permata budaya yang memperindah wajah Nusantara. Namun di tengah perbedaan itu, kita memiliki satu bahasa yang menjadi jembatan pemersatu bangsa , Bahasa Indonesia.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Semboyan luhur Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti Berbeda.beda tetapi tetap satu, bukan sekadar slogan yang diucapkan setiap kali upacara. Ia adalah roh yang mengalir dalam nadi bangsa ini. Sejak diikrarkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai suku dan daerah telah bertekad untuk bersatu dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Dari semangat itulah lahir kesadaran bahwa keberagaman bukan penghalang, melainkan kekuatan yang mempersatukan.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Perbedaan pendapat, adat, maupun cara pandang tidaklah harus menimbulkan perpecahan. Justru perbedaan itu menjadi bumbu kehidupan yang memperkaya cara kita berpikir dan bertindak. Dalam setiap diskusi, dalam setiap interaksi, kita belajar untuk menghormati pandangan orang lain. Seperti pepatah Minang yang penuh makna:

 "Biduak lalu, kiambang bertaut."
Artinya, bila ada perbedaan atau perselisihan, biarlah perahu berlalu, karena pada akhirnya permukaan air akan kembali menyatu. Hati manusia pun seharusnya demikian  selalu kembali pada persaudaraan.

Demikian pula pesan moral mendalam tentang selalu menjaga Tatakrama dalam hubungan dengan masyarakat, ada peribahasa Minang:'

Nan kuriek lundi 

Nan sirah sago 

Nan elok budi 

Nan indah baso 

Peribahasa yang mengandung pesan moral agar selalu hidup saling menghargai dan menghormati 

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Saya dan istri bersyukur pernah diberi kesempatan menjelajahi hampir seluruh pelosok Nusantara. Kami telah menginjakkan kaki dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di ujung timur, dari pedalaman Kalimantan hingga pesisir Nusa Tenggara. Kami bergaul dengan berbagai suku bangsa, menyaksikan kekayaan budaya, mendengar bahasa daerah yang beragam, dan menikmati keramahan yang tiada tara.

Di setiap tempat yang kami kunjungi, kami selalu diterima bukan hanya dengan tangan terbuka, tetapi juga dengan hati yang terbuka. Kami tak pernah merasa asing, meskipun logat kami berbeda, meskipun cara berpakaian atau kebiasaan kami tidak sama. Dari pengalaman itulah kami belajar bahwa sesungguhnya yang menyatukan bangsa ini bukan hanya bahasa, melainkan rasa saling menghormati dan menghargai perbedaan.


Dalam perjalanan hidup, kami sering menemukan kearifan lokal yang luar biasa. Orang Bugis dengan semangat siri'-nya, orang Jawa dengan falsafah ngeli ning ora keli, orang Minang dengan pepatah adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, hingga orang Bali dengan ajaran Tri Hita Karana. Semua memiliki satu benang merah: mengajarkan keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Nilai-nilai itu pula yang memperkuat fondasi kebangsaan kita.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi saat ini, tantangan kita sebagai bangsa justru semakin besar. Media sosial sering kali menjadi arena perdebatan tanpa batas, di mana perbedaan pendapat bisa dengan mudah berubah menjadi pertikaian. Ironisnya, kita kadang lupa bahwa di balik layar ponsel yang berbeda, kita sebenarnya masih satu saudara sebangsa dan setanah air. Sungguh Indah damai Indonesiaku 

Oleh karena itu, momentum Bulan Bahasa seharusnya kita maknai bukan hanya dengan lomba pidato, puisi, atau tulisan, tetapi juga sebagai pengingat untuk berbahasa dengan santun dan berperilaku dengan bijak. Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga cermin kepribadian bangsa. Dengan bahasa yang baik, kita bisa menyampaikan pikiran dengan damai. Dengan bahasa yang santun, kita bisa menjaga persatuan dalam keberagaman.

Kita juga tak boleh melupakan bahasa daerah. Ia adalah akar budaya, identitas leluhur, dan warisan yang harus dijaga. Jika akar itu hilang, maka pohon kebangsaan pun akan kehilangan kekuatannya. Maka, mencintai bahasa Indonesia tidak berarti melupakan bahasa daerah sebaliknya, kedua.duanya harus kita rawat dengan seimbang. Bahasa Indonesia sebagai pemersatu, bahasa daerah sebagai penguat jati diri.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Bahasa adalah jembatan, bukan tembok. Ia menghubungkan hati dan pikiran antar manusia. Lewat bahasa, kita menanamkan nilai.nilai toleransi, cinta, dan persaudaraan. Lewat bahasa pula, kita belajar memahami bahwa meski berbeda suku, agama, atau budaya, kita tetap satu keluarga besar: Indonesia.

Semoga di bulan bahasa ini, semangat persatuan kembali tumbuh dalam diri kita semua.
Mari terus gunakan bahasa Indonesia dengan bangga, santun, dan penuh kasih -serta lestarikan bahasa daerah sebagai mahkota kebudayaan bangsa.
Karena pada akhirnya, meski kita multi bahasa, kita tetap satu yakni Bangsa Indonesia 

Dan seperti sebait lirik lagu:'

  •  Walaupun saya pergi jauh 
  • Takkan hilang dari kalbu 
  • Tanahku yang kucintai 
  • Engkau ku hargai

Renungan bagi saya pribadi sebagai salah seorang dari 250 juta orang Indonesia 

Tjiptadinta Effendi 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun