Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Seorangpun Akan Mampu Bertahan Bila Targetnya Hanyalah Headline

25 September 2025   05:21 Diperbarui: 25 September 2025   05:21 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input Keterangan & Sumber Gambar unsplash.com


Menulis Adalah Antara Panggung Popularitas dan Panggilan Jiwa

Di era digital saat ini, banyak orang berlomba lomba menulis dengan satu tujuan: masuk headline!. Rasanya memang membanggakan ketika sebuah artikel terpampang di beranda utama, dibaca ribuan orang, lalu ramai dikomentari. Tetapi, pertanyaan penting yang patut kita renungkan a hidalah:" Apakah tujuan menulis semata mata untuk mengejar Headline?"

Sebab, bila target utama hanya headline, cepat atau lambat semangat itu akan luntur. Tidak ada seorang pun yang mampu bertahan lama bila motivasinya hanya sebatas sorotan sesaat.

Headline, Godaan yang Manis tapi Melelahkan

Saya tidak menafikan, headline bisa menjadi pemicu semangat, bahkan vitamin bagi penulis pemula. 

Namun, mengejar headline tanpa henti ibarat berlari di atas treadmill. Kita terus bergerak, tapi seringkali tidak ke mana-mana. Ada rasa lelah, ada kekecewaan, bahkan kadang muncul rasa minder saat melihat tulisan orang lain lebih sering mendapat tempat di beranda.

Di titik itu, menulis berubah dari sesuatu yang menyenangkan menjadi sesuatu yang membebani. Kita mulai bertanya-tanya, “Mengapa tulisan saya tidak dianggap? Apakah tulisan saya kurang bagus? Apakah saya tidak pantas disebut penulis?”

Padahal, ukuran keberhasilan menulis bukan ditentukan oleh seberapa sering karya kita muncul di headline, melainkan oleh seberapa besar manfaat yang bisa diambil pembaca dari tulisan kita.

Menulis Adalah Perjalanan Panjang

Menulis bukanlah lomba sprint yang hanya butuh kecepatan. Menulis lebih mirip perjalanan mendaki gunung. Ada saatnya jalan menanjak terjal, ada saatnya kita berhenti sejenak untuk menarik napas, ada juga saat pemandangan indah menyambut di depan.

Dalam perjalanan panjang itu, yang paling dibutuhkan adalah daya tahan endurance. Dan daya tahan hanya bisa lahir bila menulis menjadi bagian dari diri kita, bukan sekadar alat untuk mencari popularitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun