Saat berdiri di depan katedral, saya langsung terpesona oleh dua menara kembar yang menjulang tinggi ke langit biru Perth. Dinding batu pasir berwarna keemasan memberi nuansa klasik yang kokoh, sementara kaca patri di jendela-jendela besar memancarkan cahaya lembut yang indah saat sinar matahari menembusnya.
Yang membuat katedral ini unik adalah perpaduan antara gaya arsitektur lama dan sentuhan modern. Hasil renovasi tahun 2009 menambahkan desain lengkung kontemporer, menara kedua, serta sebuah pusat paroki bawah tanah. Semua itu berpadu serasi, tanpa menghilangkan nuansa sejarah yang sudah melekat sejak abad ke-19.
Di dalam, suasana hening langsung menyelimuti hati. Kursi-kursi kayu tertata rapi, altar utama berdiri anggun, dan patung Bunda Maria menyambut umat dengan kelembutan. Setiap detail arsitektur seakan mengarahkan pandangan ke atas ke langit, yang menjadi pusat iman kita.
Makna Bagi Umat Katolik
St. Mary’s Cathedral bukan hanya bangunan megah di tengah kota Perth. Lebih dari itu, ia adalah pusat kehidupan rohani umat Katolik di Australia Barat. Di sinilah Uskup Agung Perth berkarya, dan di sinilah berbagai perayaan iman besar dilangsungkan, mulai dari Paskah, Natal, hingga sakramen penting lainnya.
Yang menarik, katedral ini terbuka setiap hari. Siapa saja bisa datang, entah hanya untuk berdoa sebentar, merenung, atau sekadar mencari keheningan di tengah hiruk pikuk kota. Banyak wisatawan yang berkunjung, tetapi begitu masuk ke dalam, mereka pun ikut merasakan atmosfer sakral yang sulit dijelaskan.
Bagi saya pribadi, pengalaman menghadiri Misa di katedral ini sungguh membekas. Saya merasa seakan Tuhan sedang mengingatkan bahwa di balik perjalanan hidup penuh suka dan duka, Dia selalu menyediakan tempat untuk kita datang dan menemukan kedamaian.
Iman yang Bertumbuh Bersama Waktu
Melihat perjalanan panjang St. Mary’s Cathedral, saya belajar satu hal penting: bahwa iman pun, seperti bangunan katedral ini, bertumbuh seiring waktu. Ada masa ketika pembangunan terhenti, ada pula masa ketika perjuangan terasa berat. Namun, dengan ketekunan, harapan, dan dukungan bersama, apa yang dulu terhenti akhirnya bisa diselesaikan.
Bukankah hidup kita juga seperti itu? Kadang kita merasa iman kita “setengah jadi”, goyah karena cobaan atau terasa hambar karena rutinitas. Namun Tuhan tidak pernah membiarkan kita berhenti di tengah jalan. Dengan kasih-Nya, iman kita dibentuk kembali, diperbarui, hingga akhirnya menjadi indah seperti katedral ini.
Syukur yang Tak Terhingga
Bagi saya dan istri, bisa berdoa di St. Mary’s Cathedral adalah anugerah. Kami yang dulu berjuang dalam kemiskinan, kini bisa berdiri di depan rumah Tuhan yang begitu megah. Itu semua bukan karena kehebatan kami, melainkan murni karena kasih karunia Tuhan.