Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memeluk dengan Hati

17 Maret 2025   07:32 Diperbarui: 17 Maret 2025   09:59 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Perlakukanlah Orang Lain Sebagaimana Kita Ingin Diperlakukan

Pernahkah kita mengalami momen di mana kita mengulurkan tangan dengan penuh hormat, tetapi hanya disambut dengan ujung jari yang dingin? 

Lebih menyakitkan lagi ketika orang yang kita salami bahkan tidak menoleh ke arah kita, melainkan sibuk memandang ke sekeliling seolah-olah kita tidak ada.

Pengalaman semacam ini sering terjadi, baik dalam pertemuan formal maupun dalam interaksi sehari-hari. Bahkan, perilaku seperti ini kerap ditiru tanpa sadar. Saat menghadiri pesta ulang tahun atau sebuah acara, misalnya, kita disambut dengan suara lantang penuh semangat, "Wah, terima kasih sudah datang! Mari silakan masuk!"

Namun, jika mata tuan rumah sama sekali tidak menatap kita, hati pun terasa tawar. Kehadiran kita menjadi tak bermakna, dan kegembiraan yang semula ada mendadak memudar.

Mata Adalah Cerminan Hati

Eye contact bukan sekadar isyarat kecil dalam komunikasi; ia adalah ratu dari bahasa tubuh. Kita bisa berkata sopan, tetapi jika tidak didukung dengan tatapan yang tulus, semua kata-kata itu akan terasa hampa.

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan, "Your eyes are the window of your soul." Mata adalah jendela jiwa. Mata tidak bisa berbohong.

Kita bisa memilih untuk berkata manis, tetapi jika mata kita menunjukkan ketidaktulusan, orang lain akan merasakannya.

Hargailah Orang Lain dengan Tatapan yang Tulus

Setiap orang ingin dihargai, bukan hanya melalui kata-kata tetapi juga melalui sikap. Dalam interaksi apa pun, pandanglah lawan bicara dengan respek. Tidak perlu berlebihan, cukup dengan menyalami mereka dengan hangat, menatap mata mereka, dan berkata, "Apa kabar, Mas?" atau "Apa kabar, Mbak?" Hanya butuh beberapa detik, tetapi detik-detik itulah yang menentukan kesan pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun