dulu selalu mentraktir,kini merasa gengsi kalau sampai di traktir
Mentraktir atau Ditraktir Sama sekali Tidak Mengurangi Harga Diri Kita
Selama berada di Denpasar  Bali,kami seribu persen di traktir ,sejak dari sarapan  pagi,santap siang dan makan malam.Bahkan koper kami beranak pinak,karena saking banyaknya oleh oleh dari teman teman  Aneka ragam oleh oleh,mulai dari mie kotak korea, aneka ragam pakaian, aneka ragam kue kue.Â
Begitu juga saat kami berkeliling di Indonesia, koper kami juga tetiba beranak pinak. Ada kain tenunan dari NTT. Batik Solo.Selendang sutra ,ukiran perak khas Yogya ,ada kiriman bunga dari Hennie,ada kerupuk khas dari Samarinda ,buah salak pondoh dan seterusnya.Kami menerima semuanya dengan senang hati. Bukan karena tidak mampu beli atau tidak mampu bayar makanan di restoran,melainkan merupakan petanda kasih sayang dari sahabat dan kerabat.Â
Menerima pemberian,bukan karena kita dianggap tidak mampu,tapi semata mata merupakan sebuah tanda kasih. Selembar sapu tangan yang saya terima 21 tahun lalu  dari Yogya,masih saya simpan hingga saat ini. Tapi kalau buah salak pondoh dan kerupuk khas Samarinda ,serta aneka ragam makanan,dalam waktu dan tempo sesingkat singkatnya,sudah dialihkaBn  kedalam perut kami berdua
Bila ada yang bertanya :" Maaf Opa,saya mau antarkan rambutan ke kamar boleh ? Hanya itu yang saya punya" Langsung saya  jawab :"Wuih ,saya sudah lama tidak makan rambutan. kami tunggu ya" Kalimat kecil yang menyatakan penghargaan kita kepada orang yang mau memberi. Coba kalau saya jawab :"Rambutan ? wah nggak usahlah , saya sudah bosan makan rambutan" gimana rasa hati sahabat saya ?
Perlakukanlah orang lain,sebagaimana kita ingin diperlakukan. Hargailah orang lain,sebagaimana kita ingin dihargai. Memberi bukan pamer kelebihan, menerima bukan berarti kita kekurangan. Tidak ada yang berkurang dari diri kita saat menerima pemberian. Memberi dan Menerima bermakna saling menyayangi.
Renungan di pagi hari
Tjiptadinata Effendi