Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terkurung dalam Jurang Kehidupan (2)

10 Oktober 2021   19:18 Diperbarui: 10 Oktober 2021   20:59 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Hujan Turun Semakin Lebat

Tapi laki laki yang bernama Kim dan anak isterinya,masih terlelap dalam tidur. Sementara air sudah semakin tinggi mengenangi seluruh ruangan sejak mulai dipintu masuk,hingga kedalam kamar tidur mereka. 

Hal ini bukanlah untuk pertama kalinya,karena gubuk mereka didirikan diatas kali ,yang berhubungan dengan sungai. Jadi bila hujan lebat turun tanpa henti selama beberapa jam,maka sudah pasti gubuk mereka akan digenangi air. Puluhan ekor kecoa ,menyelamatkan diri dengan berpencar didinding dan sebagian lagi naik keatas tempat tidur. 

Persis disamping bantal kumuh yang digunakan untuk menyanggah kepala Kim,tampak ada 2 ekor tikus tanah kebingungan mau lari kemana .

Dan dengan santai kedua ekor tikus ini berjalan diatas wajah Kim. Tentu saja ia terperanjat karena ada sesuatu yang dingin merayap diwajahnya. Kim terbangun dan menepis kedua ekor tikus tadi dan langsung terjatuh kedalam genangan air.Laki laki ini langsung duduk dan menyalakan senter,yang selalu disimpan dibawah bantalnya. Alangkah kagetnya menyaksikan bahwa air sudah hampir mencapai kasur tempat tidur. 

Perlahan lahan dicoleknya isterinya yang lagi terlelap,sambil berkata :"Sayang banjir lagi. Yuk kita naik keatas meja . " Kim turun dari tempat tidur . Genangan air terasa dingin menusuk kedalam tulang belulangnya. Tapi ia mengabaikan semuanya ini. Tujuannya adalah mengeser meja yang lebih tinggi dari tempat tidur,agar isterinya tidak harus turun dalam genangan air banyir. 

Sewaktu mendorong meja kayu yang cukup berat,serasa tulang rusuknya yang sakit akibat jatuh siang tadi,terasa seperti robek. Ia menggigil menahan rasa sakit . Dan  dengan memaksa diri,akhirnya meja kayu yang berat tersebut dapat didempetkan dengan tempat tidur mereka. Kim membantu isterinya yang mengendong putra mereka, naik keatas meja. 

Lalu ia menggulung kasur  yang sudah menipis dan sesungguhnya sudah tidak layak lagi dipakai. Mengikat dengan tali dan menggantungkan di besi paku yang ada didinding 

Air Naik Semakin Tinggi

Kemudian Kim mengumpulkan semua pakaian mereka dari rak dan memasukannya kedalam kantong plastik dan diikat Air tampak semakin  merembet naik dan hanya tinggal beberapa centimeter lagi,akan setinggi meja dimana mereka jadikan "tempat  ngungsi " sementara. 

Kim mengambil keputusan ,bahwa mereka harus naik keatas loteng,walaupun sangat riskan,karena sesungguhnya ,yang disebutnya sebagai loteng adalah plafond rumah mereka. 

Tapi karena tidak ada jalan lain,maka ia mengajak isteri dan anaknya naik keatas loteng. Karena cukup tinggi,maka ia menaikan sebuah kursi diatas meja dan dengan naik keatas kursi ,ia membantu isterinya naik keatas loteng. Kemudian mengulurkan anak mereka yang disambut oleh isterinya. Kemudian ia mengulurkan bungkusan pakaian mereka kepada isterinya .

Dan terakhir dengan susah payah,akhirnya Kim berhasil naik keloteng dan berkumpul dengan isteri dan anak nya. Tubuhnya menggigil tak henti hentinya dan matanya serasa terbakar .Kim sadar ia terserang demam .Isterinya memberikan pakaian kering,agar suaminya segera mengganti pakaiannya yang basah kuyup. 

Usai mengganti pakaian ,Kim duduk berkumpul bersama anak isteriya. Ia menggelar pakaiannya yang lain,agar anak dan isterinya dapat sekedar membaringkan tubuh diatas loteng tersebut,sementara ia duduk berjaga jaga ,sambil tak hentinya berdoa .Kilat dan guntur saling sambung menyambung.seakan ingin melengkapi penderitaan mereka  bertiga .

Udara dingin menyeruak masuk melalui kisih kisih loteng dan mereka hanya mampu menutupi tubuh dengan selimut tipis yang sempat dibawa dalam bungkusan. Mengosok tubuh putera mereka dengan minyak kayu putih yang masih tersisa beberapa tetes.

Tiba tiba terdengar isterinya berbisik:" Koko,anak kita demam" .Mendengar hal ini,spontan terucap dari mulutnya :"Ampun ya Tuhan, anak kami baru sembuh dari kejang kejang,kasihanilah kami  ya Tuhan." 

Dan ia memeluk anak isterinya ,sambil air matanya merembes ."Kita berdoa ya Ko"ajak isterinya .Dan sambil berpegangan tangan,keduanya menyampaikan jeritan jiwa mereka kehadirat Tuhan. 

Saat ia meraba kening puteranya,jantungnya serasa akan copot,karena demamnya cukup tinggi. Pada saat saat seperti ini.,siapa yang mau datang menolong mereka ? Apa yang dapat dilakukannya ?  

Lari minta tolong kepada siapa? Satu satunya harapan mereka adalah semoga doa mereka dikabulkan ,yakni jangan sampai putera mereka kejang kejang lagi.....Sementara itu  bunyi petir dan kilat yang sambar menyambar,tak ubahnya  bagaikan film horor dan mereka berada didalamnya (bersambung)

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun