Terputusnya Komunikasi Dapat Melunturkan Hubungan Persahabatan
Dulu sahabat karib bahkan kami sering saling berkunjung  dan makan bersama. Karena perjalanan waktu dan berbagai alasan, hubungan terputus dan tidak ada lagi komunikasi karena kami sudah ganti nomor Ponsel sejak menetap di Australia. Ada rasa kangen untuk dapat bertemu sahabat sahabat semasa muda yang sebagian besar sudah dipanggil Tuhan.Â
Akhirnya dengan segala upaya, berhasil mendapatkan nomor telpon beberapa orang sahabat karib semasa dulu. Dan tentu saja kesempatan ini tidak saya biarkan tertunda tunda. Langsung  saya telpon dengan sangat antusias.Â
Tapi begitu mendengarkan nada suara dari sahabat karib saya, rasanya seperti bara api tersiram hujan lebat. Karena nada suaranya sama sekali tidak menujukan bahwa ia sangat senang menerima telpon saya. Â
Tapi saya tegor diri saya sendiri agar jangan begitu sensitif karena mungkin saja sahabat saya sedang sibuk. Tapi pembicaraan selanjutnya semakin terasa bahwa telah tercipta suatu jarak antara kami.Â
Karena saat saya bertanya "Apa kabar Robert? "(bukan nama sebenarnya) Jawabannya " Wah, saya lagi sibuk nih. sedang menggarap proyek besar. dan seterusnya dan seterusnya..." Saya tertegun, rasa kangen bertemu sahabat lama tetiba buyar. Dan sejak saat itu, kami tidak lagi berkomunikasi.Â
Persahabatan kami selama belasan tahun sewaktu muda, ternyata telah lapuk dan patah.
Satu Lagi Pengalaman Menyedihkan
Saya mencoba berpikiran positif bahwa boleh jadi Robert kini sudah semakin sibuk karena ada proyek besar, maka saya tidak ingin mengganggu waktunya.
Saya coba alihkan menelpon sahabat lama saya dengan suasana hati yang berbunga bunga. Berharap saya juga akan mendapatkan jawaban yang membahagiakan.
Tetapi kembali, bagaikan bara api disirami hujan lebat rasa kangen dan kegembiraan saya tetiba menguap, bagaikan buih coca cola . Karena sahabat yang saya kangeni sewaktu saya tanyakan apa kabar Sama sekali tidak menjawab Kabar baik dan balik menanyai keadaan saya sebagai sahabatnya selama bertahun tahun, tapi malah bercerita bahwa dirinya baru saja beli apartemen di Australia untuk anaknya kuliah dan mau beli satu lagi  dan seterusnya.....
"Wah ternyata apartement di Australia lebih murah dibandingkan di jakarta ya ?" Â Belum sempat saya menjawab, sahabat karib saya terus mencerocos bercerita tentang rencananya beli beberapa unit apartement lagi di Australia.Â
Saya hanya jadi pendengar yang baik saja .Dan itulah pertama kalinya saya menelpon sahabat saja setelah puluhan tahun tidak ketemu dan sekaligus terakhir kalinya.
Sahabat saya lupa bahwa saya sudah lebih dari 10 tahun tinggal di Australia. Hasil dari penjualan satu unit apartement saya di Mediteranean Lagoon Residences seluas 1oo meter persegi jangankan dapat dibelikan unit apartemen di Australia, malah beli rumah caravan saja tidak cukup.Â
Begitulah hubungan komunikasi dengan sahabat karib semasa masih muda, berakhir dengan menyedihkan. Ternyata peribahsa "Persahabatan yang tak lapuk dek hujan dan tak lekang dek panas" tidak selalu terjadi
Beruntung Masih Ada Sahabat Sejati
Tadi siang saya masih mencoba untuk menghubungi sahabat karib yang lainnya yakni Eduard (nama sesungguhnya ).
Sewaktu kami menikah Eduard ikut mendampingi saya. Ternyata sambutannya luar biasa "Onde mandee sanang bana hati awak dapek telpon dari konco lamo.."
dan kami saling berebut cerita lama. Lebih dari setengah jam kami saling bercerita bahkan sempat ngomong dengan isteri saya. Kami bersyukur kepada Tuhan ternyata masih ada hubungan persahabatan yang tak lapuk dek hujan dan tak lekang dek panas
Apakah hanya saya yang mengalaminya atau mungkin teman teman di Kompasiana juga pernah mengalami hal yang sama dengan yang saya alami, yakni sahabat karib yang tetiba berubah ?
Kejadian  ini menjadi pelajaran berharga bagi saya ,agar jangan melakukan hal yang sama terhadap siapapun.
Tjiptadinata Effendi