"Wah ternyata apartement di Australia lebih murah dibandingkan di jakarta ya ?" Â Belum sempat saya menjawab, sahabat karib saya terus mencerocos bercerita tentang rencananya beli beberapa unit apartement lagi di Australia.Â
Saya hanya jadi pendengar yang baik saja .Dan itulah pertama kalinya saya menelpon sahabat saja setelah puluhan tahun tidak ketemu dan sekaligus terakhir kalinya.
Sahabat saya lupa bahwa saya sudah lebih dari 10 tahun tinggal di Australia. Hasil dari penjualan satu unit apartement saya di Mediteranean Lagoon Residences seluas 1oo meter persegi jangankan dapat dibelikan unit apartemen di Australia, malah beli rumah caravan saja tidak cukup.Â
Begitulah hubungan komunikasi dengan sahabat karib semasa masih muda, berakhir dengan menyedihkan. Ternyata peribahsa "Persahabatan yang tak lapuk dek hujan dan tak lekang dek panas" tidak selalu terjadi
Beruntung Masih Ada Sahabat Sejati
Tadi siang saya masih mencoba untuk menghubungi sahabat karib yang lainnya yakni Eduard (nama sesungguhnya ).
Sewaktu kami menikah Eduard ikut mendampingi saya. Ternyata sambutannya luar biasa "Onde mandee sanang bana hati awak dapek telpon dari konco lamo.."
dan kami saling berebut cerita lama. Lebih dari setengah jam kami saling bercerita bahkan sempat ngomong dengan isteri saya. Kami bersyukur kepada Tuhan ternyata masih ada hubungan persahabatan yang tak lapuk dek hujan dan tak lekang dek panas
Apakah hanya saya yang mengalaminya atau mungkin teman teman di Kompasiana juga pernah mengalami hal yang sama dengan yang saya alami, yakni sahabat karib yang tetiba berubah ?
Kejadian  ini menjadi pelajaran berharga bagi saya ,agar jangan melakukan hal yang sama terhadap siapapun.
Tjiptadinata Effendi