Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Tidak Mungkin Corona Menjadi "Permanent Residence" di Bumi Ini

5 Juli 2021   08:57 Diperbarui: 5 Juli 2021   09:56 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudahkah Kita Mempersiapkan Sikap Mental Kita ?

Pada awal kunjungan Miss Corona pertama kalinya di Wuhan negeri China, kita semua masih tenang tenang saja,karena menganggap :"that is not my business " .Dan saat Miss Corona sudah memulai kunjungannya keberbagai negara,kita juga masih bersantai ria,bahkan dengan bangga menepuk dada ,bahwa orang Indonesia kebal dan tak akan tersentuh oleh Miss Corona . 

Kita baru sadar,ketika dunia heboh dan panik ,karena ternyata kunjungan Miss Corona bukan membawa pesan damai,tapi tugasnya adalah menebar kematian dimana mana .Tapi sebagian orang ,termasuk di negeri kita,hal tersebut masih disikapi dengan sinis dan ada suara mengatakan bahwa semuanya ini hanyalah sebuah konspirasi. Entah siapa yang sendang mempraktikkan teori konspirasi ataupun kolaborasi tidak disebut secara rinci. Intinya,sebagian saudara saudara kita hingga saat ini,masih menggangap pandemi Covid 19 yang melanda dunia adalah ibarat sebuah permainan kucing kucingan dengan maut .

2 Tahun Sudah Berlalu

Tidak ada yang menyangka bahwa pandemi Covid 19 akan berlangsung hingga kini. Kita semuanya berharap dan berdoa,bahwa Miss Corona akan mengakhiri misi menebar kematian dan segera kembali kehabitanya. Tetapi hari demi hari ,bulan demi bulan berlalu. Korban terus berjatuhan dan hingga kini hampir 2 tahun sudah berlalu,tapi pandemi bukannya menyurut ,tapi berpindah pindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya.  Dari Wuhan ,panen kematian di Italia,kemudian Amerika ,India bahkan negara kita juga tak luput jatuhnya korban .

Pandemi tidak hanya menebar kematian,tapi juga memporak porandakan seluruh sendi sendi kehidupan manusia. Kebanyakan orang hanya menunggu ,berharap dan berdoa,agar badai covid cepat berlalu,tanpa berusaha secara maksimal untuk mengatasi semuanya ini. Padahal dua tahun sudah berlalu .Seluruh tabungan sudah terkuras habis ,bahkan sebagian barang barang sudah dilego demi untuk mempertahankan hidup. Masihkan kita tetap menunggu,berharap dan berdoa,tanpa mulai berusaha berbuat sesuatu ?

Kalau semua tabungan ludas,bahkan seluruh plafon kredit card sudah terpakai habis dan semua barang yang laku dijual sudah berpindah pemilik,tapi tamu yang bernama Corona alias Covid 19 ,bukan hanya masih betah,tapi sudah menjadi " Permanent Residence " di dunia ini,masihkan kita hanya bersikap pasif menunggu?

Hope for The Best But Ready For The Worst

Dalam hal ini,maka pilihan paling tepat adalah bersikap:"Hope for the best,but ready for the worst" Berharap dan berdoa agar terjadi yang terbaik,tapi bersiap siap seandainya yang terburuk terjadi,yakni Covid 19 menyatakan diri sebagai " Permanent Residence" di bumi ini. 

Mulailah melangkah dengan gaya hidup "The New Style" .Stop sikap pura pura semuanya Ok. Waspadailah bahwa setiap saat salah satu dari keluarga kita,bisa saja menjadi mangsa Covid 19. Bagi yang masih hidup berleha leha,mulai saat ini waspadalah. Ubahlah sikap kita dan bayangkan bahwa Covid akan selamanya ada disekeliling kita . Kita tidak tahu Covid ada dimana. Bisa jadi sudah berada dirumah tetangga kita atau mungkin menunggu  kita di kedai kopi. Tentu saja bukan maksudnya menciptakan ketakutan dan horor,tapi untuk membangunkan bagi yang masih dinina bobokan,seakan akan Covid 19 hanyalah sebuah mimpi buruk

Seandainya tidak peduli akan keselamatan diri sendiri, ingatlah akan anggota keluarga yang lainnya .Mereka akan menjadi korban dari sikap kita yang tidak memedulikan  untuk menerapkan protokol kesehatan dengan penuh kesadaran . Jangan sampai karena egoisme diri sendiri, anggota keluarga kita dan orang dilingkungan kita menjadi tumbal atas sikap egoisme diri .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun