Sekali Dinikmati Rasanya Pengin Lagi
Sesungguhnya sudah sejak lama, setiap kali berbelanja ke dan melewati box tempat bahan makanan beku, isteri saya selalu melirik ke tempat Lobster di pajang. Tapi ketika saya bilang ke isteri, mau beli Lobster? Buru-buru isteri saya mengatakan, "Nggak, cuma tengok tengok saja."
Ketika saya melihat harganya, baru saya tahu, mengapa isteri saya cukup puas dengan hanya tengok tengok saja. Karena harga per ekor 65 dolar atau setara dengan Rp 650.000 dan itu pun bukan Lobster ukuran yang besar.,Jadi selama ini,kami hanya menikmati lobster secara virtual ,tanpa menyentuh dan tentu saja gratis. Karena kalau harus beli,walaupun ada uang,tapi rasanya harganya yang selangit,bisa mendatangkan alergi bagi kami.Â
Sesungguhnya bertepatan dengan Hari Ayah, kami sudah diajak makan Lobster di restaurant BBQ di Northbridge, Perth. Tapi hari ini, kembali kami diajak ke restoran Sea Food di Fremantle. Maka tanpa menunggu dua kali ditanya, sudah langsung saya jawab OK.
Karena jarak antara rumah tempat kami tinggal dari Fremantle lumayan jauh, yakni sekitar 1 jam perjalanan, maka kami berangkat dengan kendaraan masing-masing, tapi jalan beriringan untuk menghindari jangan sampai kami kesasar.Â
Walaupun ada kerang dan cumi, serta ikan goreng, tapi menu yang menjadi primadona kami berdua adalah Lobster. Kali ini, yang ikut makan tidak lengkap karena cucu-cucu dan mantu cucu bekerja.Â
Menikmati santap siang lobster yang fresh from the sea, bagi kami berdua merupakan hal yang sangat sangat mengembirakan. Kami memilih tempat duduk yang berada di bahwa tenda sehingga dapat memandangi keindahan alam yang amat indah. Banyak sekali perahu yang ditambat di sana, mungkin lagi istirahat.
Saat seperti ini,jarang bisa diperoleh, karena kalau bukan lagi Covid, maka putra kami sibuk berkeliling dari satu negara ke negara lainnya. Tapi sejak ada Covid 19, kami sangat sering diajak makan bersama oleh putra kami. Jadi tidaklah berlebihan bila dikatakan hal ini merupakan  "blessing in disguise " , sebuah berkat terselubung di masa corona ini.
Hampir dua jam kami menghabiskan waktu, sambil bercerita tentang berbagai topik dan ketika jam menunjukkan pukul 2.00 siang, maka kami mulai bergerak kembail ke rumah dengan membawa kenangan indah dan penuh rasa syukur kepada Tuhan.
Tjiptadinata Effendi