Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Betapa Sulitnya Menerima Kenyataan Pahit

16 Januari 2020   05:45 Diperbarui: 16 Januari 2020   06:20 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
perjalanan hidup tidak selalu mulus/dokpri

Tapi Kita Tidak Punya Pilihan Lain
Pernah merasa sedih, kecewa, dan hati yang terluka akibat apa yang terjadi tidak seperti yang diharapkan? Yakin bahwa setiap orang pasti pernah merasakan. Karena hidup tidaklah seindah seperti dalam kisah dalam sinetron.

Bahkan tidak jarang yang terjadi bukan hanya tidak sesuai harapan, tapi justru bertolak belakang dengan keinginan hati. Akibatnya rasa kecewa dan sedih, serta perasaan terluka, bertubi-tubi datang menimpa. 

Rasa sedih dan kecewa bukan semata-mata karena belum berhasil di bidang materi, tapi bisa jadi berasal dari berbagai problema hidup. Bahkan bukan hanya yang berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi, tapi bisa datang dari masalah yang dihadapi anak cucu ataupun anggota keluarga kita yang lainnya.

Misalnya, sedang asyik menikmati perjalanan tiba-tiba dapat kabar bahwa orang tua sakit. Maka kita langsung menjadi sedih, waswas, dan dalam sekejap rasa suka cita yang awalnya memenuhi hati, kini berganti dengan kemurungan.

Atau ketika kita sedang happy happy karena bisnis berhasil, ee dapat kabar anak tidak lulus ujian. Langsung perasaan happy tadi anjlok dan berubah jadi sedih dan kecewa. Bayangkan, kalau hal ini terus berlangsung, bisa gila nggak ya?

Perlu Berdamai dengan Diri Sendiri
Perang tidak hanya terjadi di Timur Tengah atau di tempat lain, tapi perang juga terjadi dalam diri kita, yakni ketika hati kita yang tidak bisa menerima kenyataan. Walaupun ruang dan cara yang berbeda, tapi yang namanya perang pasti akan menyebabkan jatuhnya korban.

Karena itu, orang yang tidak mampu berdamai dengan diri sendiri, terjerumus menjadi depresi. Akibatnya dapat memicu orang mengambil jalan pintas, yakni mengakhiri hidupnya sendiri atau mlalah menghabisi orang lain, yang dianggap bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada dirinya.

Memahami Bahwa Bukan Hanya Kita yang Kecewa
Berdamai dengan diri sendiri, berarti mencoba memahami bahwa rasa kecewa, sedih, dan terluka bukan hanya diri kita saja yang mengalami, tapi boleh dikatakan semua orang pernah mengalaminya. Tidak ada seorangpun di dunia ini, ang mampu mengendalikan keadaan di luar dirinya. Maka satu-satunya cara adalah menerima bahwa apa yang harus terjadi, ya terjadilah. 

Gampang banget mengucapkannya, tapi sungguh tidak mudah mempraktikkannya. Tapi, kalau ada peribahasa, "Tidak satu jalan menuju ke Roma", maka dalam hal ini satu-satunya jalan untuk dapat menikmati hidup adalah berdamai dengan diri sendiri, yakni dengan bersyukur atas apa yang ada pada diri kita.

Ada begitu banyak contoh yang dapat dipetik hikmahnya. Misal, anak yang sedih, kecewa, dan marah karena pada Hari Raya orangtuanya tidak mampu membelikan sepatu baru bagi dirinya.

Ketika ia berjalan tanpa tujuan untuk menghilangkan kesedihannya, tiba-tiba ia melihat seorang anak turun dari mobil mewah dengan menggunakan tongkat. Ternyata anak tersebut kakinya buntung. Menyaksikan hal ini, ia sadar dan berlari pulang serta memeluk kedua orangtuanya. Ia bersyukur, walaupun tidak mengenakan sepatu baru, dirinya jauh lebih beruntung dibandingkan anak yang turun dari mobil mewah, tapi ternyata kedua kakinya buntung.

Ini hanya satu contoh kecil saja dan tentu ada banyak kejadian lain yang  dapat menyentak kesadaran kita agar bersyukur atas apa yang ada. Meratapi apa yang tidak ada, tidak akan mengubah apapun, malah akan memperburuk keadaan.

Renungan kecil di pagi cerah ini.
Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun