Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mendidik Anak Hidup dalam Keberagaman Gaya di Australia

17 Januari 2018   10:05 Diperbarui: 18 Januari 2018   04:44 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi: taman bermain anak di Perth/terbuka untuk siapa saja dan tidak ada biaya apapun

Dimulai Sejak Mereka Masih Balita

Menceritakan tentang cara mendidik anak di Australia, tentu bukan bermaksud menyanjung gaya mereka. Melainkan sekedar sebuah masukan terutama bagi yang belum berkesempatan menyaksikan dari dekat. 

Kalau ada orang asing (maaf, bule) datang ke Indonesia, terutama ke kota kota kecil maka akan menjadi tontonan warga setempat. Apalagi bila yang datang ganteng atau cantik maka kaum remaja kita sangat antusias untuk berfoto bersama atau ambil mempraktikan conversation bahasa Inggrisnya. 

Hal ini tentu saja merupakan surprise bagi wisatawan ini. Ketika mereka kembali ke kampung halamannya maka foto-foto ketika ia menjadi "selebriti dadakan di Indonesia. Itu bisa membuat kebanggan baginya untuk diperlihatkan kepada teman temannya. Dan biasanya bila yang datang masih muda, maka akan disusul dengan sibuknya membalas permintaan pertemanan di facebook maupun komunikasi via WA. Sampai sejauh ini tidak ada yang salah. Kaum remaja kita senang dan wisatawanpun happy.

Makanya jangan cepat-cepat percaya bila ada media sosial yang mungkin memotret sebuah kejadian yang tidak menyenangkan dan menganggap bahwa hal itu merupakan sikap orang Australia kebanyakan.

dokumentasi pribadi.
dokumentasi pribadi.
Kembali ke Judul

Agak jauh melantur, tapi sebagai gambaran awal bagaimana sikap orang Indonesia ketika menerima wisatawan asing dan bagaimana pula orang Australia menerima wisatawan asing datang ke negeri mereka.  Kalau ada koran yang mengatakan bahwa  orang Australia itu rasis maka hal itu adalah sebuah kebohongan besar. Karena selama lebih dari sepuluh tahun tinggal di sini, belum pernah merasa diperlakukan secara berbeda dengan penduduk lokal. Kalaupun ada segelintir orang orang fanatik, biasalah dimana mana di dunia ini pasti ada orang gila seperti itu, termasuk di negeri kita sendiri.

Mereka sangat welcome terhadap siapapun. Mau berpakaian cara apa itu urusan kita selama tidak menggganggu mereka. Karena sejak masih balita mereka sudah dididik untuk hidup dalam keberagaman.

Makanya jangan cepat-cepat percaya bila ada media sosial yang mungkin memotret sebuah kejadian yang tidak menyenangkan dan menganggap bahwa hal itu merupakan sikap orang Australia kebanyakan. Sehingga itu memicu rasa tidak senang atau bahkan rasa tidak suka,hanya lantaran berita hoaks dibeberapa media sosial yang hanya mencari sensasi murahan.

dokumentasi pribadi: disini anak anak dari berbagai latar belakang dan berbeda suku bangsa bermain bersama sama
dokumentasi pribadi: disini anak anak dari berbagai latar belakang dan berbeda suku bangsa bermain bersama sama
Mengajak Anak-anak ke Taman Bermain Umum

Sejak dari balita, anak-anak sudah dibiasakan untuk bergaul dengan berbagai suku bangsa di dunia. Mereka saling berkenalan dan bermain di taman umum. Sehingga sejak dari kanak-kanak dalam hati mereka sudah tertanam bahwa perbedaan warna kulit tidak menjadi masalah untuk saling bersahabat.

Orang-orang kaya di sini tidak merasa gengsi membawa anak-anak mereka bermain bersama yang berbeda suku dan budaya. Atau bahkan boleh jadi dari kalangan yang kurang mampu.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Mereka Dididik Bahwa Sarana Bermain Adalah untuk Bersama
  1. Belajar disiplin diri
  2. Berlajar sabar antri menunggu giliran
  3. Belajar m.erasa ikut memiliki
  4. Menjaga kebersihan bersama
  5. Tidak merusakan sarana tempat bermain
  6. Membuka diri untuk bersahahat dengan siapa saja.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Contoh Nyata adalah Cara Mendidik Terbaik

Melalui cara ini anak-anak sejak dari balita sudah terbiasa hidup dalam keberagaman. Apa yang mereka alami tertanam dalam hati mereka hingga dewasa. Sebuah pengalaman bagi anak-anak adalah jauh lebih bernilai dari seratus kotbah  Tidak sekali jua terlontar dari mulut mereka tentang asal muasal teman-teman mereka. Misalnya, "eee ...., Indonesia," atau "eee..., Afrika,"; "hitam lu" atau "eee..., Cina lu. Sipit!"

Mereka terkadang brantem, namun tidak pernah merembet rembet urusan asal muasal teman-temannya. Apalagi dikait-kaitkan dengan agama. Kami pernah camping dengan  keluarga dari Australia, Amerika, Cina, Zimbabwe dan kami sendiri dari Indonesia. 3 malam kami bersama. Bermain bersama, makan malam mengelilingi api unggun bersama. Saling menolong dan tidak satu patah kata juga terbersit di antara mereka  tentang kata-kata yang menyangkut  SARA.

Orang Australia itu terdiri dari puluhan suku bangsa di dunia dan mereka bisa akur. Mengapa kita tidak?

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun