Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Tua Bukan "Barang Rongsokan"

31 Oktober 2017   06:50 Diperbarui: 31 Oktober 2017   21:22 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi / makan bersama anak mantu dan cucu cucu

"Wah,anda berdua sudah hebat ya Effendi.Sudah tinggal di Australia", kata Johny
"Benar John, kami tinggal sekarang hanya dua ratus meteran dari pantai,sangat menyenangkan." jawab saya.
"Luar biasa, berapa harga rumah disana?" tanya Johny
" Ya, lumayan, rata rata 750.000 hingga 800.000 dolar John. Tapi rumah punya putra kami. Kalau rumah kami di Kemayoran di Jakarta.Itupun cuma apartemen kecil John." Jawab saya.

Johny terdiam sesaat dan melanjutkan:" Anda berdua sangat beruntung,punya anak yang begitu peduli pada anda berdua ",katanya sambil menarik nafas dalam dan wajah yang berubah jadi sedih. Dan kemudian mulai curhat kepada kami berdua.Ketika berbicara suaranya gemetaran, wajah dan penampilannya sudah bagaikan orang berusia 90 tahun. Padahal usianya berada 5 tahun dibawah usia kami.

Johny memang tinggal dirumah gedung milik putranya. Tapi yang membuat ia sedih adalah setiap kali ada tamu dari putranya datang ,maka ia diminta untuk masuk kekamar.

Bahkan cucunya juga memperlakukan dirinya seperti itu" Opa, ntar teman teman saya mau main kesini, Opa duduk didalam saja ya." Sebuah kalimat,yang bagi Johny,bagaikan belati yang menghujam dalam kejantungnya. Ia merasa diperlakukan sebagai barang rongsokan oleh putra dan cucunya.

Ia sama sekali tidak menuntut balas budi dari anaknya, namun hanya minta diakui,bahwa ia memang ayah dan kakek dari cucu cucunya. Sambil bercerita,saya menyaksikan pandangan mata Johny,sungguh memancarkan rasa sedih yang mendalam. Karena merasa diperlakukan sebagai barang rongsokan oleh anak dan cucu cucu yang teramat dicintainya.

Kami Berdua Ikut Merasakan

Kami berdua ikut merasakan betapa amat menyakitkan diperlakukan oleh anak dan cucu,yang dulu digendong,disuapi dan dimanjakan,disaat saat tubuh sudah tidak lagi berfungsi dengan baik,diperlakukan sebagai barang rongsokan oleh anak cucu sendiri.

Kami beryukur, anak-anak  dan cucu cucu kami memperlakukan kami dengan sangat hormat. Malahan bila teman temannya datang,kami berdua selalu diajak makan bersama.

Begitu juga ketika teman teman cucu kami datang bertandang, selalu cucu dan mantu cucu kami memperkenalkan kami kepada teman temanya: "Ini Opa dan Oma saya" Begitu juga kalau kami ke Jakarta, pasti akan diajak makan bersama oleh putra kami, bersama  keluarganya. Kami bersyukur tidak habis habisnya, putra putri kami dan seluruh keluarganya, sangat menyayangi kami. 

Suatu Waktu Kita Semua Akan Menua

Mungkin pengalaman sedih dari sahabat saya Johny,dapat menjadi bahan renungan di pag ini, khususnya yang masih muda, cantik dan ganteng. Jangan lupa,suatu waktu kita semua akan menua. Kalau memperlakukan orang tua sebagai barang rongsokan yang tidak enak ditengok para tamu,bagaimana bila kelak diri kita yang diperlakukan demikian oleh anak cucu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun