Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ternyata Benar, Harus Belajar Seumur Hidup

24 Oktober 2017   18:22 Diperbarui: 24 Oktober 2017   18:32 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar Sejak Dari Buaian

Dalam usia menginjak ke 74 tahun plus, sudah tidak terhitung kalinya, kami melakukan perjalanan keberbagai kota dan negara. Tidak berlebihan bila saya mengatakan ratusan kali, karena sejak tahun 1980 an, kami sudah mengawali perjalanan keseluruh nusantara dan seluruh dunia. Seharusnya dengan segudang pengalaman yang pernah dialami,antara lain :

  • tiket hangus karena terlambat datang
  • koper hilang
  • pisau souvenir disita
  • salah berkunjung kenegeri sedang bergolak
  • dikejar marinir Amerika, karena menerobos masuk
  • menginap di airport karena pesawat delay
  • hampir tewas di Tibet, karena datang pada musim dingin
  • dan seterusnya

Seharusnya dengan catatan sebegitu banyak pengalaman,saya sudah harus memahami seluruh seluk beluk perjalanan wisata dengan baik. Tetapi ternyata ada saja hal yang terlewatkan,sehingga lagi lagi harus membayar uang sekolah yang mahal.

sam-4968-jpg-59ef225af33a2d319e6b1ae5.jpg
sam-4968-jpg-59ef225af33a2d319e6b1ae5.jpg
Informasi Benar, Tapi Waktunya Keliru

Sebelum ke Kalgoorlie, saya sudah mencoba mencari keterangan tentang bagaimana dan apa yang hal hal menarik disana, serta tentunya mengenai akomodasi selama berada disana. Jawaban dari sahabat kami yang baru baru ini kesana, sangat mantap.yakni :

  • tarif hotel sekitar 150 dolar
  • tidak perlu booking
  • karena ada banyak hotel
  • pengunjung sedikit
  • bisa sewa mobil dengan tarif 75 dolar perhari
  • restoran ada dimana mana
  • pokoknya siip deh

Maka dengan penuh rasa percaya diri, kami hanya mempersiapkan tiket pulang pergi dan sama sekali tidak membooking kamar hotel.Dengan pemikiran,bisa memilih hotel terdekat dengan Stasiun Kereta Api dan tarifnya oke.

Tetapi ketika kami tiba di Kalgoorie, ternyata semua hotel fully book, penuh! Dari hotel berbintang,hingga hotel tingkat kopral. sudah penuh. Bahkan motelpun penuh.

Sibuk menelpon kesana kemari,tapi jawabannya sama, yakni : "Sorry, fully book" Rupanya ada rombongan anak anak sekolah dan rombongan wisatawan dari mancanegara yang bersamaan berkunjung kesini.

Akhirnya dapat satu kamar kosong, tapi tarifnya 250 dolar permalam. Dan itupun harus menunggu jam 6.00 sore baru bisa check in. Tidak ada pilihan lain.Karena tidak mungkin kami menginap diemperan toko atau diStasiun Kereta Api

Sudah Sore Mau Makan Restoran Tutup

Usai booking hotel,kami berjalan kaki untuk mencari makan siang,karena sudah mulai sore. Tidak ada taksi yang nongkrong dan tidak ada catatan nomor taksi yang bisa dipanggil. Akibatnya jalan kakilah kami, sambil menyandang tas berisi pakaian dan laptop,serta kelengkapan charger.

Lumayan jalan kaki beberapa ratus meter ,mencari restoran .Memang banyak restoran disepanjang jalan. Ada masakan India,Thailand dan masakan China. Tapi semuanya Closed dan baru buka untuk makan malam. Jadi mereka buka untuk Breakfast, Lunch dan diner.

Selain itu restoran tutup. Onde mandee. perut lapar dan beban dibahu semakin lama,serasa semakin berat. Tapi mau apa lagi,selain dari terus berjalan, hingga menemui idaman hati, yakni restoran untuk makan siang.

Akan tetapi sejauh kaki melangkah yang ditemui adalah restoran dengan huruf : "CLOSED" Nah, akhirnya ketemu juga ada yang menjual "fish and chips" atau kentang dan ikan goreng. Walaupun sesungguhnya ,santapan kayak ginian,tidak sesuai dengan selera,tapi ya mau apalagi, kalau bukannya bersyukur, masih ada yang bisa dibeli untuk mengisi perut.

Mau Booking Tour

Sehabis makan siang dan energi sudah mulai pulih,maka sementara menunggu jam 6.00 sore untuk bisa check in di hotel,saya mencoba menelpon beberapa nomor,untuk booking tur ke pertambangan Tetapi jawaban yang sama kembali mengedepan, yakni: "Sorry, fully book". Aduh mak hotel fully book, restoran tidak buka dan kini mau booking tur juga penuh. Hmm apa mungkin bahasa Inggeris saya begitu jeleknya, sehingga orang tidak mengerti? Maka kami datangi Information Center dan diterima dengan sangat santun. Langsung mencoba menolong kami untuk booking tur. Tapi kembali wajah gadis yang berbaik hati untuk membantu kami  meredup dan geleng geleng kepala,sambil berucap : "I am so sorry, all tour is fully book"

Nah, kembali terbukti,bahwa orang harus belajar sejak dari buaian,hingga akhir hidupnya. Saya sudah menjalani hidup selama tiga perempat abad,tetapi ternyata pelajarannya masih kurang,sehingga harus membayar mahal. Yakni, membayar hotel mahal menunda keberangkatan,karena tujuan untuk ikut tur kepertambangan, ternyata sudah penuh. Waktu dan uang terbuang,akibat kurang cermat membaca situasi dan  kondisi. Keterangan teman kami benar, tapi waktu kunjungannya dan waktu kami berkunjung tidak sama. Maka hasilnya juga beda jauh.

Semoga bermanfaat bagi orang lain,agar mempersiapkan segala sesuatu secara matang. Tidak cukup mengandalkan rasa percaya diri dan pengalaman hidup,tapi juga mempertimbangkan waktu kunjungan. Karena antara "Low season" dan "High Season"serta "Peak Season" kondisinya bisa berbeda total .

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun