Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terkadang Pilihan Itu Menyakitkan

26 April 2017   18:05 Diperbarui: 27 April 2017   03:00 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernah menonton film hitam putih ,yang berjudul :" The Last Choise?" Film ini diangkat kelayar lebar,dari kisah nyata,dari para penumpang kapal yang karam dihantam gelombang di tengah laut Karibia. Sebagian dapat menyelamatkan diri,dengan mengunakan sekoci. Tapi sekoci yang terakhir ,muatannya melebihi kapasitas. Sekoci yang berkapasitas untuk 8 orang,sudah dijejali oleh 12 orang,yang terdiri dari  ,anak anak dan para wanita dan satu orang pria,yang mengemudikan sekoci . Sudah tidak memungkinkan lagi dapat menampung para penumpang lainnya. Ketika sekoci siap untuk dijalankan,tiba tiba  ,ada tangan tangan yang menggapai dan berteriak minta tolong. Ternyata ada dua orang pria yang masih berusaha untuk menyelamatkan diri Bahkan memegang pinggir sekoci dan berusaha untuk naik. 

Seandainya dibiarkan ,maka dipastikan sekoci akan karam dan semuanya akan tewas. Bayangkan bagaimana perasaan Pengemudi sekoci,ketika dengan perasaan hancur,ia harus melepaskan tangan tangan yang menggapai pinggiran sekoci dan meninggalkan mereka disana.Sempat terdengar teriakan satu dua detik ,untuk kemudian keduanya hilang ditelan gelombang.

Memilih itu Tidak Selalu Menyenangkan

Bersyukurlah kita,karena tidak dihadapkan pada pilihan seperti kisah diatas. Ada banyak masalah hidup yang membuat kita tidak puas dan berontak dalam hati. Karena harapan kita yang begitu indah,terkadang terhempas brantakan. Dalam kondisi ini,kita dihadapan pada pilihan:

  • Mau menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan
  • atau
  • mengikuti kata hati, sehingga tidak ada lagi yang dapat diselamatkan?

Jangan lupa, hidup tidak semanis ,seperti kisah Cinderella.Yang bertemu Pangeran Ganteng dan kaya raya. Jatuh cinta dan mereka menikah,serta hidup berbahagia selama lamanya.

Hidup sejatinya tidak seperti kisah dalam film. Tidak jarang kita dihadapkan pada situasi kehidupan yang keras,kejam dan tak berbelas kasih. Dan bila hal ini terjadi,maka tugas kitalah untuk mengambil keputusan yang tepat dan cermat. Yakni memilih yang terbaik dari antara yang terburuk.

Pada kondisi ini,maka perasaan harus mengalah dengan akal budi kita.. Karena kalau mengikuti perasaan,maka kemungkinan besar  setiap orang akan menolak untuk berkompromi dengan situasi dan kondisi yang terasa amat menyakitkan hati, Akan tetapi,bila hidup sudah menyudutkan diri kita,sehingga tidak ada ruang gerak yang lain,maka jangan pernah lari dari kenyataan,betapapun pahitnya. Beranilah mengambil keputusan, untuk menyelamatkan yang masih  dapat diselamatkan

Daripada mengikuti emosi dan berakhir,tak ada lagi yang dapat diselamatkan.

New Year's Eve ,2016

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun