yang duduk disini terdiri dari berbagai status sosial dan beragam asal muasal ,baik suku banga ,maupun agama /foto tjiptadinata effendi
Tunjukkan Kepada Dunia,Bahwa Kita Adalah Bangsa Cinta Damai
Menunjukkan kepada dunia,bahwa kita adalah bangsa yang cinta damai, tentu tidak harus berpidato panjang lebar ,mengenai apa artinya hidup dalam perdamaian. Juga tidak harus melakukan show besar besaran. Melainkan cukup dengan memberikan contoh nyata dalam sikap kita ,ketika berinteraksi dengan orang orang yang terdiri dari berbagai suku bangsa.Latar belakang yang berbeda,budaya yang tidak sama,serta status sosial yang tidak berada dalam kerangka kasta. Dengan cara yang amat sederhana ,sesungguhnya kita dapat membuktikan kepada dunia,betapa hidup dalam mencintai kedamaian ,bukan hanya merupakan frame of thinking,tapi sudah mendarah daging di dalam diri dan didalam jiwa kita.

Selain Pak Syaifuddin dan keluarga ,yang datang dari Palembang,juga masih ada bu Hj,Dewi yang juga wong kito galo. Ada pak Ongko asal Bali,bersama keluarga. Pak Harry dan keluarga dari Bandung,dari Yogya, Medan, Uni dari Padang, Sandra dari Hongkong, Patric dan istri dari  Canada, ada yang dari Jerman,dari Iran ,New Zealan.Australia dan saya tidak sanggup menghafal semuanya.


Siang tadi ,karena merupakan hari perpisahan,maka seluruh rombongan yang berjumlah sekitar 60 orang ,berkumpul di lapangan Fremantle.Tentu bukan untuk melakukan demo ,melainkan sekedar menjadi meeting point . Setelah kembali bertukar kisah kisah hidup,seluruh rombongan melakukan long march ,menuju ke Market,yang berjarak lebih kurang 10.000 langkah dari sana.
Memasukki Tradisional Market, seluruh rombongan hampir memenuhi seluruh pasar ini.Namun ,tanpa ada yang memberikan komando,semuanya memisahkan jalan bagi pengguna jalan lainnya.

Salah satu Penjual makanan disana bertanya ,dari mana rombongan ini?Saya jawab,sebagian besar dari Indonesia.  " Orang Indonesia ?" katanya setengah percaya.."Benar " jawab saya,hanya beberapa dari  negara lainnya. "Wah,anda semuanya tampak sangat beda,dengan yang kami tengok di televisi ya " ,kata nya memandang kagum.

Kalau di Indonesia,orang akan bertanya ,dari mana ? Dari Padang,Palembang,Medan atau jawa? Tapi begitu kita melangkahkan kaki keluar negeri,maka hanya ada satu meterai yang melekat dikening ,yakni :" Indonesia"
Dengan cara yang sangat santai Sambil berjalan berpegangan tangan dan ketawa ceria,orang sudah dapat menilai,bahwa dalam hati kita ada damai.'Tanpa perlu berkotbah panjang lebar tentang arti dan makna damai .Setidaknya dengan memberikan contoh contoh konkrit,minimal image negatif yang mungkin sempat mengisi pikiran dan hati mereka,dunia luar juga mengetahui,bahwa  cukup banyak orang Indonesia yang sungguh sungguh cinta damai.

Tadi siang,sebagian sudah pamitan dan langsung pulang kekampung halaman masing masing.Sedangkan yang baru akan berangkat besok pagi,malam ini diundang oleh pak Gunadi,untuk makan malam bersama.
Keindahan  akan kebersamaan dalam berbagai keragaman dan perbedaan,kembali terwujud selama acara makan bersama. Kami berdua ,mungkin karena dianggap paling tua,dimeja kami makan,mendapatkan layanan yang luar biasa. Nasi dan sambal kami di sendokkan, air dituangkan oleh cucu cucu kami .Ada Harry dan Heryadi ,pak Syaifuddin berserta keluarga ,Pak Welly sekeluarga dan masih banyak lagi yang tidak dapat saya sebutkan nama mereka satu persatu

catatan: semua foto adalah dokumentasi tjiptadinata effendi /mhn maaf,tidak semua nama saya cantumkan,
Perth.9 Desember, 2016
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI