Selalu mencari jalan untuk menyalahkan orang lain dan bila tidak ada orang yang dapat disalahkan, maka keadaan akan dikambing hitamkan. Orang dengan tipe seperti ini selalu merasa diri paling benar, paling pintar, paling saleh dan paling peduli pada orang kecil.
Contoh-contoh nyata di hadapan kita sudah banyak. Orang yang tampil dengan penuh rasa percaya diri dan menepuk dada, ”Say NO to corruption!” ternyata masuk bui karena korupsi. Orang yang tadinya amat fasih dalam melantunkan ayat ayat kitab suci, ternyata juga masuk bui, karena mengambil sesuatu yang bukan haknya. Tentu tidak elok menuliskan nama nama yang bersangkutan, karena kita bukan dalam kapasitas membicarakan pribadi orang. Namun menyikapi secara menyeluruh, bahwa bila orang lupa introspeksi diri, maka dipastikan hidupnya akan berakhir menyedihkan.
Belajar dari pengalaman sendiri tentu sangat perlu. Namun alangkah baiknya bila kita dengan rendah hati mau belajar dari kesalahan orang lain, sehingga jangan sampai mengulangi kesalahan yang dilakukannya. Sehingga kita tidak perlu membayar uang sekolahnya dengan ikut masuk bui.
Introspeksi diri bukanlah berarti menghukum diri secara berlebihan, namun dengan berbesar hati memperbaiki sekecil apapun kekeliruan yang telah dilakukan. Bukan untuk dipuja dan dipuji orang, melainkan dalam upaya menata hidup, untuk mencapai aktualisasi diri.
Sebaliknya orang yang sulit melakukan introspeksi diri, selalu cenderung bersikap kekanak-kanakan. Tidak pernah terbuka hatinya untuk mencoba memahami orang lain. Karena dalam pikirannya, hanya dirinyalah semata-mata yang benar dan orang baik. Di luar itu, semua orang tidak baik. Sifat sifat seperti ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan jauh dari kematangan dan kedewasaan dalam cara berpikir, maupun sikap mentalnya.
Selalu berusaha mencari kesalahan orang lain dan bila menemukan sekecil apapun, merupakan sebuah kesenangan diri tersendiri baginya. Ia akan berusaha untuk memperbesar kesalahan ini, dengan menghubung-hubungkan dengan hal yang sesungguhnya sama sekali tidak ada relevansinya.
Atau menepuk dada dan berbicara serta bertingkah laku seakan sangat peduli pada orang kecil dan melarat, namun sesungguhnya tak ada satu pun yang secara konkrit dilakukan. Semua yang dilakukan semata-mata adalah agar tampak elok di depan orang banyak, serta sekaligus menumpahkan seluruh kesalahan pada orang lain.
Saking sibuknya mengurusi kesalahan orang lain, maka semakin lama,akan semakin jauh dari kontrol diri. Dan sebagaimana yang telah digaris bawahi pada alinea pertama, tipe orang seperti ini, kalau tidak ada yang menyadarkannya, maka hidupnya akan berakhir dengan cara yang sangat menyedihkan.
Semoga sebelum semuanya terlambat, sejak sedini mungkin, kita bercermin dan mematut diri, agar jangan sampai salah melangkah dalam hidup kita, yang kelak mau disesali sudah terlambat.
Tjiptadinata Effendi
1 Mei, 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI