Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Trip

"Drinking Fountain"

6 September 2018   09:52 Diperbarui: 9 November 2018   14:33 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dipelataran lingkungan makam Imam Reza as banyak disediakan "Drinking Fountain" bagi para peziarah Imam. Pelataran lingkungan makam Imam Reza as merupakan salah satu tempat terluas dan terlengkap diseluruh dunia.

Pada waktu-waktu tertentu ketika ada acara ritual haul atau milad Rasulullah dan keluarganya, tempat ini dikunjungi peziarah dari berbagai tempat dan dapat mencapai 2 sampai dengan 4 juta peziarah.

Oleh karena itu, tempat ini banyak menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan peziarah, mulai perpustakaan, museum, tempat parkir, fasilitas transportasi, toilet, restoran, sarana air minum, hotel dan tempat istirahat bagi yang memerlukannya.

Disetiap sudut taman, disediakan water-fountain yang dapat digunakan untuk minum dan sarana untuk berwudhu.

Setelah menjalani ritual doa dan ziarah, sambil menuju perjalanan pulang, terasa dahaga menyerang.

Beberapa water fountain yang dilalui terlihat mengering dan seorang anak terlihat mencoba menekan tombol keran, kalau-kalau ada yang masih berfungsi, atau semua dalam keadaan rusak.

Solusi utamanya adalah berusaha kembali ke hotel sesegera mungkin. Dinginnya angin yang bertiup menambah kekeringan yang terasa dibibir yang mulai mengelupas.

Namun terlihat beberapa orang disalah satu sudut taman bergerombol mengantri. Tertarik untuk mencari tahu ada apa gerangan disudut taman. Ketika kelompok besar itu mulai pergi ternyata terlihat water fountain yang masih berfungsi dalam balutan tenda disekelilingnya.

Tersadar bahwa saat ini masih masuk bulan ramadhan dan sebagian umat Islam menjalani ibadah puasa. Umumnya para peziarah yang datang dari luar kota membatalkan puasanya, namun pihak pengelola makam Imam tidak ingin mempertontonkan kevulgaran makan/minum disiang hari dihadapan orang yang berpuasa. Maka beberapa fountain yang berfungsi diberikan pagar penutup agar tidak terlihat dari luar.

Hampir merata diseluruh Iran selama bulan Ramadhan, tempat makan dan minum atau restoran tetap buka seperti biasa, namun untuk menghargai yang berpuasa setiap restoran menutup jendelanya dengan tirai.

Tidak ada ormas yang akan menggeruduk restoran yang menyediakan makanan bagi yang tidak berpuasa, karena bagi musafir dan orang yang sakit hukumnya haram untuk berpuasa dan harus menggantinya dihari yang lain.

Ketika berziarah kembali ke harom Imam Reza as menjelang siang, kami mampir sebentar untuk membaca doa ziarah dan meminta izin kepada Imam untuk mengunjungi beliau. Setelah dibacakan adab dan etika berziarah oleh mba Fatimah sebagai escourt kami, menyampaikan bahwa kita akan mendapat izin dari Imam jika kita merasakan rasa haru yang melanda dalam dada. Biasanya kalau rasa itu tidak muncul disarankan untuk tidak melakukan ziarah kepada Imam as.

Sebagian ulama mengatakan ketika kita gagal mendapat izin untuk berziarah, maka disarankan untuk berpuasa minimal sampai tiga hari, agar Imam berkenan dan ridho kepada kita.

Setelah membaca ritul doa izin ziarah, kami mulai melangkah memasuki pekarangan harom Imam, namun istri saya mengajak berbelok kesudut taman menuju water-fountain. Kita baru saja sarapan dari hotel dan belum merasa kehausan, namun disampaikan kalau para pecinta ahlulbait menuju water-fountain bukanlah karena haus atau dahaga semata melainkan untuk menggapai barokah Imam Reza as.

Allahumma sholli ala Muhammad wa ala Aali Muhammad

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun