Klarifikasi Isu Tukang Pel Masjid di Lingkungan LDII
Belakangan ini, beredar informasi yang menganggap bahwa masjid-masjid di bawah naungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) selalu dipel setelah digunakan oleh orang di luar komunitas mereka. Isu ini bahkan berkembang hingga muncul tudingan bahwa warga LDII menganggap orang di luar kelompok mereka sebagai "najis."
Isu tersebut pun memunculkan pertanyaan: jika benar demikian, bagaimana sikap warga LDII saat menunaikan ibadah umrah dan haji? Apakah mereka membawa petugas khusus untuk mengepel masjid-masjid di Tanah Suci? Artikel ini akan mengulasnya secara logis dan faktual.
Logika dan Realitas Saat Perjalanan Umrah dan Haji
Setiap tahun, ribuan warga LDII berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah umrah dan haji. Perjalanan ini melibatkan:
Penerbangan internasional selama belasan jam.
Menginap di hotel milik berbagai jaringan internasional.
Salat di Masjid Nabawi, Masjid Bir Ali, dan Masjidil Haram.
Melakukan tawaf dan sa'i bersama jutaan jamaah dari seluruh dunia.
Apakah Semua Harus Dipel Terlebih Dahulu?
Mari kita telaah faktanya:
Di Pesawat:
Selama perjalanan udara menuju Arab Saudi, warga LDII tidak membawa tukang pel atau melakukan pembersihan khusus sebelum duduk atau salat di kursi pesawat.
Di Hotel:
Sesampainya di Makkah atau Madinah, mereka menginap di hotel umum. Tidak ada proses menyucikan kasur, sofa, atau fasilitas hotel lainnya sebelum digunakan.
Di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram:
Saat memasuki masjid, baik di Madinah maupun Makkah, warga LDII tidak membawa alat pel atau petugas kebersihan khusus. Mereka beribadah sebagaimana jamaah lainnya, mengikuti aturan dan adab di Tanah Suci.
Fakta Ibadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
Area masjid-masjid di Makkah dan Madinah sangat luas, mencakup:
Koridor-koridor panjang
Area tawaf yang selalu dipadati jutaan umat Islam
Area sa'i yang juga dilintasi oleh jamaah dari seluruh dunia
