Di era digital, batas antara dakwah, hiburan, dan bisnis makin kabur.
Ustaz tak lagi berdiri di mimbar masjid saja, tapi juga di layar smartphone.
Dan ketika algoritma mulai ikut bermain, popularitas bisa jadi senjata sekaligus jebakan.
Yusuf Mansur barangkali hanya mencoba menyesuaikan cara berdakwah dengan zaman.
Tapi publik, yang kini makin kritis, menuntut transparansi dan kejelasan etika.
Apakah donasi itu murni amal? Ataukah ada motif ekonomi di baliknya?
Apakah doa yang diucapkan masih tulus jika diukur dengan nominal?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini wajar muncul di tengah masyarakat yang haus keikhlasan.
Karena pada akhirnya, yang dicari bukan sekadar ustaz populer, tapi figur spiritual yang dipercaya sepenuh hati.
Bisnis, Dakwah, dan Badai Kritik
Yusuf Mansur bukan hanya pendakwah, tapi juga pengusaha syariah.
Ia pernah mendirikan berbagai program investasi seperti Wisata Hati, PayTren, hingga proyek-proyek properti umat.