Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Doa Dihargai Rupiah? Inilah Kontroversi Yusuf Mansur! Makna Dakwah di Era Digital

13 Oktober 2025   14:45 Diperbarui: 13 Oktober 2025   14:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menamatkan pendidikan pesantren, Yusuf mulai berdakwah dari masjid ke masjid, kampung ke kampung, menyampaikan pesan sederhana,

"Kalau kamu punya masalah, sedekah. Kalau kamu ingin rezeki lancar, sedekah. Kalau kamu ingin doa dikabulkan, bantu orang lain."

Kalimat yang terdengar klise itu kemudian jadi fondasi dakwah hidupnya.

Ia membangun Pesantren Daarul Qur'an di Cipondoh, Tangerang, yang kini berkembang pesat, punya cabang di berbagai kota besar, bahkan hingga ke luar negeri.

Dari santri kecil hingga orang tua, semuanya belajar menghafal Al-Qur'an dan memahami makna hidup melalui ayat-ayatnya.

"Wisata Hati" dan Lahirnya Fenomena Yusuf Mansur

Nama Yusuf Mansur mulai dikenal luas di awal 2000-an lewat program televisi "Wisata Hati".

Gaya ceramahnya berbeda dari ustaz konvensional. Ia tak bicara dengan bahasa berat atau istilah Arab yang rumit. Ia bercerita dengan gaya seperti teman curhat, membahas hal-hal yang sangat dekat, rezeki, keluarga, cinta, ujian hidup.

Audiens pun tersentuh.

Ia membuat banyak orang percaya bahwa keajaiban bisa datang dari niat baik dan sedekah kecil.
Banyak kisah viral tentang orang yang "mendadak sukses" atau "disembuhkan" setelah bersedekah sesuai nasihatnya.

Dari situ lahirlah gerakan besar, Gerakan Sedekah Nasional, investasi syariah, program rumah tahfiz, hingga aplikasi PayTren.

Visi besarnya, memberdayakan umat melalui ekonomi dan spiritualitas sekaligus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun