Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Filosofi Teras Jadi Obat Penenang di Tengah Hidup yang Berisik

13 Oktober 2025   12:28 Diperbarui: 13 Oktober 2025   12:28 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Buku Filosofi Teras by Henry Manampiring

Ngerasa capek bukan karena kerjaan, tapi karena pikiran sendiri?

Bangun tidur udah anxious, buka media sosial malah makin stres, ngelihat pencapaian orang bikin insecure, dan pas tidur pikiran nggak berhenti muter kayak kipas angin rusak.

Kalau iya, selamat datang di dunia modern, tempat di mana notifikasi jadi alarm stres, dan ekspektasi orang lain terasa kayak beban di pundak. Tapi... apa iya hidup harus sesibuk dan sesakit ini?

Nah, di sinilah sebuah buku berjudul Filosofi Teras karya Henry Manampiring hadir, bukan cuma sebagai bacaan pengembangan diri biasa, tapi sebagai rem buat pikiran kita yang kebanyakan ngebut.

Filosofi Teras mengajarkan kendali diri dan ketenangan di tengah stres modern, membantu generasi muda menghadapi hidup dengan bijak dan rasional. - Tiyarman Gulo

Hidup yang Terlalu Ramai dan Pikiran yang Terlalu Bising

Coba kamu ingat satu hari aja tanpa internet, kira-kira tenang nggak?

Kita hidup di era di mana segalanya serba cepat, kerjaan, berita, bahkan opini orang. Saking cepatnya, kita sering lupa berhenti untuk napas.

Dan saat itu terjadi, emosi gampang banget naik-turun. Sedikit salah ngomong bisa bikin kita tersinggung, komentar orang bisa langsung bikin overthinking, bahkan cuaca buruk pun kadang kita anggap pertanda hidup yang salah arah.

Padahal, kata Henry Manampiring, akar dari emosi negatif itu bukan di dunia luar, tapi di cara kita memandang dunia.

Dari Depresi ke Pencerahan

Henry bukan motivator yang sok bijak. Ia seorang profesional yang pernah terjebak dalam gelapnya pikiran sendiri.

Dalam bukunya, Henry bercerita tentang masa ketika ia didiagnosis major depressive disorder, kondisi yang bikin seseorang kehilangan kendali atas emosinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun