Budaya "flexing" di media sosial juga memperparah keadaan.
Kita terbiasa menilai dari tampilan, bukan substansi.
Dari caption, bukan karakter.
Dari janji, bukan bukti.
Dalam konteks ini, Sheila bukan satu-satunya korban.
Kita semua, pada titik tertentu, pernah atau bisa jadi korban dari ilusi kemewahan.
Peran KUA dan Formalitas yang Tak Bisa Menyelamatkan
Kepala KUA Bandar, Bakhrul Husaeni, bahkan mengaku sempat terkejut saat tahu nominal mahar itu.
Awalnya tercatat Rp 1 miliar plus mobil Toyota Camry, lalu tiba-tiba berubah jadi Rp 3 miliar hanya dua hari sebelum akad.
Namun secara hukum agama, pernikahan tetap sah.
Islam tidak membatasi besar kecilnya mahar, selama disepakati dan "dibayar tunai".
Dan di sinilah celahnya, formalitas agama bisa dipenuhi dengan simbol, tanpa benar-benar menjamin kejujuran.