Mungkin kita sering menganggap diplomat sebagai "orang jauh" yang hidupnya tak bersinggungan dengan kita. Tapi lihatlah, mereka juga manusia biasa. Mereka juga punya mimpi, keluarga, dan harapan. Bedanya, mereka memilih jalur pengabdian yang sunyi, menjaga wajah Indonesia di luar negeri, sering kali tanpa sorotan publik.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kematian Zetro mengajarkan banyak hal. Bagi negara, ini adalah alarm keras untuk memperketat keamanan diplomat di luar negeri. Bagi publik, ini pengingat bahwa diplomasi bukan pekerjaan yang aman-aman saja. Dan bagi kita sebagai manusia, ini refleksi bahwa hidup begitu rapuh, sore yang indah bisa berakhir dengan tragedi dalam hitungan detik.
Kita mungkin tidak bisa mengembalikan Zetro. Tapi kita bisa menjaga ingatannya dengan menghargai jasa para diplomat, mendukung perlindungan mereka, dan mendoakan keluarga yang ditinggalkan.
Doa untuk Zetro
Di tanah asing yang jauh dari kampung halaman, Zetro mengembuskan napas terakhirnya. Ia mungkin tak sempat mengucapkan salam perpisahan. Tapi lewat pengabdiannya, ia telah meninggalkan jejak yang tak akan hilang, bahwa menjadi diplomat adalah panggilan hati, pengabdian yang penuh risiko, dan sekaligus kehormatan.
Selamat jalan, Zetro Leonardo Purba. Bangsa ini berduka, tapi juga berterima kasih.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI