Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Diplomasi Terkoyak, Kisah Tragis Penembakan Dipomat Indonesia di Peru

2 September 2025   13:06 Diperbarui: 2 September 2025   13:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zetro Leonardo Purba. Tangkapan layar via Antara 

Bagi staf KBRI, ini tentu pukulan telak. Mereka bukan hanya kehilangan rekan kerja, tapi juga seorang sahabat yang setiap hari bersama mereka membangun representasi Indonesia di Peru.

Belasungkawa dari Tanah Air

Kementerian Luar Negeri RI, melalui akun resmi @kemlu_ri, menyampaikan belasungkawa mendalam. Dunia diplomasi Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya.

Ucapan duka juga mengalir dari berbagai pihak, mantan kolega di Melbourne, sahabat-sahabatnya di Indonesia, hingga diaspora Indonesia di Peru yang sempat mengenal Zetro.

Bagi masyarakat awam, berita ini mungkin hanya sekilas headline. Tapi bagi keluarga, bagi istrinya, bagi rekan-rekan diplomat lain, ini adalah kehilangan yang tak tergantikan.

Risiko di Balik Profesi Diplomat

Banyak orang mengira kehidupan diplomat itu glamor, pesta resepsi, jamuan makan malam, bertemu pejabat negara. Padahal, realitasnya jauh lebih kompleks. Diplomat adalah garda depan negara, bekerja di luar negeri dengan segala risiko, mulai dari politik, sosial, hingga keamanan pribadi.

Kasus Zetro adalah pengingat pahit bahwa diplomat pun bisa menjadi korban. Meski ada aturan internasional yang menjamin kekebalan dan perlindungan bagi diplomat (misalnya Konvensi Wina 1961), kenyataannya di lapangan, ancaman bisa datang kapan saja.

Kita mungkin masih ingat peristiwa serangan terhadap diplomat di negara-negara konflik, atau kasus perampokan yang menimpa staf kedutaan di kawasan rawan. Kini, hal itu menimpa seorang diplomat Indonesia di Peru, negara yang sebenarnya tidak sedang berperang, tapi tetap memiliki tantangan kriminalitas perkotaan.

Diplomasi di Era Baru, Bukan Sekadar Negosiasi

Tragedi ini menyingkap wajah lain diplomasi modern. Seorang diplomat tak hanya bertugas di ruang rapat atau meja perundingan. Mereka juga hidup di tengah masyarakat lokal, menghadapi dinamika sosial setempat, dan tak jarang berhadapan dengan risiko yang sama seperti warga biasa.

Zetro dan istrinya hanya sedang bersepeda, aktivitas sederhana, sehat, manusiawi. Tapi risiko tetap membayang. Di sinilah negara dituntut untuk memperkuat perlindungan bagi diplomatnya, bekerja sama dengan aparat setempat agar kejadian serupa tak terulang.

Sisi Kemanusiaan yang Tak Boleh Terlupakan

Di balik setiap seragam, setiap paspor diplomatik, ada manusia dengan cerita. Zetro bukan sekadar "Penata Kanselerai Muda KBRI Lima". Ia suami yang sedang mengayuh sepeda bersama istri. Ia anak bangsa yang membawa nama Indonesia jauh di Amerika Selatan. Ia korban dari sebuah tragedi yang merenggut bukan hanya nyawanya, tapi juga ketenangan hati keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun