Bagi staf KBRI, ini tentu pukulan telak. Mereka bukan hanya kehilangan rekan kerja, tapi juga seorang sahabat yang setiap hari bersama mereka membangun representasi Indonesia di Peru.
Belasungkawa dari Tanah Air
Kementerian Luar Negeri RI, melalui akun resmi @kemlu_ri, menyampaikan belasungkawa mendalam. Dunia diplomasi Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya.
Ucapan duka juga mengalir dari berbagai pihak, mantan kolega di Melbourne, sahabat-sahabatnya di Indonesia, hingga diaspora Indonesia di Peru yang sempat mengenal Zetro.
Bagi masyarakat awam, berita ini mungkin hanya sekilas headline. Tapi bagi keluarga, bagi istrinya, bagi rekan-rekan diplomat lain, ini adalah kehilangan yang tak tergantikan.
Risiko di Balik Profesi Diplomat
Banyak orang mengira kehidupan diplomat itu glamor, pesta resepsi, jamuan makan malam, bertemu pejabat negara. Padahal, realitasnya jauh lebih kompleks. Diplomat adalah garda depan negara, bekerja di luar negeri dengan segala risiko, mulai dari politik, sosial, hingga keamanan pribadi.
Kasus Zetro adalah pengingat pahit bahwa diplomat pun bisa menjadi korban. Meski ada aturan internasional yang menjamin kekebalan dan perlindungan bagi diplomat (misalnya Konvensi Wina 1961), kenyataannya di lapangan, ancaman bisa datang kapan saja.
Kita mungkin masih ingat peristiwa serangan terhadap diplomat di negara-negara konflik, atau kasus perampokan yang menimpa staf kedutaan di kawasan rawan. Kini, hal itu menimpa seorang diplomat Indonesia di Peru, negara yang sebenarnya tidak sedang berperang, tapi tetap memiliki tantangan kriminalitas perkotaan.
Diplomasi di Era Baru, Bukan Sekadar Negosiasi
Tragedi ini menyingkap wajah lain diplomasi modern. Seorang diplomat tak hanya bertugas di ruang rapat atau meja perundingan. Mereka juga hidup di tengah masyarakat lokal, menghadapi dinamika sosial setempat, dan tak jarang berhadapan dengan risiko yang sama seperti warga biasa.
Zetro dan istrinya hanya sedang bersepeda, aktivitas sederhana, sehat, manusiawi. Tapi risiko tetap membayang. Di sinilah negara dituntut untuk memperkuat perlindungan bagi diplomatnya, bekerja sama dengan aparat setempat agar kejadian serupa tak terulang.
Sisi Kemanusiaan yang Tak Boleh Terlupakan
Di balik setiap seragam, setiap paspor diplomatik, ada manusia dengan cerita. Zetro bukan sekadar "Penata Kanselerai Muda KBRI Lima". Ia suami yang sedang mengayuh sepeda bersama istri. Ia anak bangsa yang membawa nama Indonesia jauh di Amerika Selatan. Ia korban dari sebuah tragedi yang merenggut bukan hanya nyawanya, tapi juga ketenangan hati keluarganya.