Alm. Mohammad Ilham Pradipta (37), seorang Kepala Cabang Pembantu (KCP) bank BUMN. Sehari-hari ia adalah figur profesional yang hidupnya terlihat mapan. Tapi hidupnya terhenti mendadak, bukan karena sakit atau kecelakaan, melainkan karena sebuah rencana kriminal terstruktur.
Kisah ini bukan sekadar kasus kriminal. Ia adalah cermin betapa rumitnya jaringan kejahatan modern, melibatkan tim IT, tim pantau, eksekutor, bahkan aktor intelektual di balik layar. Pertanyaannya, kenapa seorang bankir harus menjadi target?
Kasus penculikan dan pembunuhan Kacab Bank BUMN, Mohammad Ilham Pradipta, ungkap jaringan kriminal terorganisir dengan motif misterius. - Tiyarman Gulo
Siapa Korban?
Ilham dikenal sebagai pribadi tekun. Di usianya yang belum genap 40 tahun, ia sudah memegang posisi penting di sebuah bank BUMN. Bagi sebagian orang, ia adalah simbol kesuksesan generasi muda yang meniti karier di jalur formal.
Namun posisi itulah yang ternyata menempatkannya dalam risiko besar. Dalam banyak kasus di Indonesia, pejabat bank atau kepala cabang bukan sekadar pengelola keuangan, mereka juga "penjaga" informasi dan akses dana yang kadang membuatnya jadi target pihak-pihak tertentu.
Sayangnya, hal ini mungkin belum pernah benar-benar ia sadari.
Hilang Setelah Belanja, Ditemukan di Sawah
Rabu, 20 Agustus 2025, Ilham terekam terakhir kali berada di area parkir supermarket Pasar Rebo, Jakarta Timur. Tidak ada yang aneh. Namun sejak itu, ia menghilang.
Kamis pagi, 21 Agustus 2025, warga Desa Nagasari, Serang Baru, Bekasi, terperanjat. Seorang pria ditemukan di tengah area persawahan. Tangannya terikat, kakinya dibelenggu, matanya dilakban. Identitasnya kemudian dipastikan. Ia adalah Mohammad Ilham Pradipta.
Bagi keluarga, kabar itu adalah hantaman paling pahit. Bagi publik, berita ini mengejutkan, kok bisa seorang kepala cabang bank BUMN diculik lalu dibunuh sekejam itu?
Jaringan Pelaku Ternyata Bukan Aksi Tunggal
Penyelidikan polisi mengungkap fakta mencengangkan. Ilham bukan korban kejahatan spontan, melainkan korban aksi kriminal yang direncanakan dengan rapi.
Polisi menetapkan 15 tersangka, yang terbagi dalam empat kluster peran.