Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mata Berbinar Saat Jatuh Cinta? Misteri di Balik Tatapan Penuh Makna

21 Agustus 2025   15:00 Diperbarui: 21 Agustus 2025   01:00 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mata Berbinar Saat Jatuh Cinta? Misteri di Balik Tatapan Penuh Makna | kompas

Anda melihat tatapan seseorang dan seketika tahu bahwa ia sedang jatuh cinta? Bukan dari kata-kata yang terucap, melainkan dari sepasang mata yang seolah memancarkan cahaya dari dalam. Sebuah kilau hangat yang jujur, dalam, dan tak bisa dibohongi.

Jika Anda pernah menonton film "Sore: Istri dari Masa Depan", Anda pasti familier dengan gambaran ini. Salah satu adegan yang paling membekas adalah tatapan Sore (diperankan oleh Sheila Dara) kepada Jonathan (Dion Wiyoko). Matanya berbinar, memancarkan cinta yang begitu tulus hingga penonton bisa merasakannya menembus layar. Tanpa perlu dialog panjang, kita semua mengerti. Cinta itu nyata, dan ia terlihat di sana.

Adegan itu memicu sebuah pertanyaan menarik. Apakah mata yang bersinar saat dilanda asmara itu hanya kehebatan akting dan sinematografi, atau sebuah fenomena yang benar-benar terjadi pada kita semua? Benarkah hati yang berbunga-bunga bisa membuat mata kita ikut bercahaya?

Mata berbinar saat jatuh cinta terbukti ilmiah, bukan mitos. Kilau emosi ini, seperti berlian natural, adalah momen berharga yang layak dirayakan. - Tiyarman Gulo

Jawaban Sains Ini Bukan Mitos, Ini Kimiawi!

Ternyata, anggapan bahwa mata seseorang tampak lebih bersinar saat jatuh cinta bukanlah sekadar bualan puitis. Ada penjelasan ilmiah yang menarik di baliknya.

Pada era 1960-an, seorang peneliti bernama Eckhard Hess menemukan fakta unik: pupil mata kita bisa melebar secara tidak sadar sebagai respons terhadap emosi positif. Ketika kita merasa bahagia, tertarik pada seseorang, atau merasakan gelombang cinta, pupil akan membesar. Efek inilah yang menciptakan ilusi optik mata yang tampak lebih dalam, lebih gelap, dan akhirnya, lebih "bercahaya" karena menangkap lebih banyak cahaya.

Namun, bukan hanya itu. Mari kita intip "dapur kimia" di dalam tubuh kita. Saat seseorang jatuh cinta, tubuhnya memproduksi sebuah koktail hormon kebahagiaan, terutama dopamin dan oksitosin. Dopamin memberikan perasaan euforia dan senang yang meluap-luap, sementara oksitosin (sering disebut hormon pelukan) menciptakan rasa nyaman, tenang, dan ikatan yang dalam.

Campuran ajaib inilah yang kemudian terpancar keluar. Wajah kita menjadi lebih hidup, senyuman mengembang lebih mudah, dan tentu saja, sorot mata kita menjadi lebih hangat dan lembut. Jadi, tatapan berbinar itu sejatinya adalah manifestasi fisik dari kebahagiaan kimiawi yang sedang terjadi di dalam diri. Sebuah kilau alami yang jujur karena tidak bisa direkayasa.

Kilau yang Layak Dirayakan, Lebih dari Sekadar Cinta Romantis

Sorot mata yang memancarkan cinta sejati adalah salah satu bentuk kilau emosional paling murni yang bisa kita saksikan. Tapi, kilau semacam ini tidak hanya eksklusif untuk kisah romantis.

Coba ingat-ingat lagi. Kilau yang sama juga hadir di momen-momen berharga lainnya.

  • Tatapan bangga seorang ibu saat melihat anaknya wisuda.

  • Binar mata seorang sahabat yang tulus bahagia mendengar kabar baik kita.

  • Cahaya di mata kita sendiri saat bercermin setelah berhasil mencapai impian yang lama diperjuangkan.

  • Kilau lembut dari penerimaan dan cinta terhadap diri sendiri.

Setiap momen itu adalah kilau yang tak ternilai. Momen-momen di mana hati kita terasa penuh, di mana kita merasa hidup seutuhnya. Dan momen-momen seperti ini, yang begitu murni dan berharga, layak untuk dirayakan dan diabadikan dengan sesuatu yang sama istimewanya.

Simbol Abadi untuk Kilau yang Murni

Lalu, apa yang bisa menjadi simbol sempurna untuk sebuah kilau yang datang dari dalam, yang jujur, dan tak lekang oleh waktu? Jawabannya mungkin ada pada keindahan yang juga diciptakan dari proses yang luar biasa, yaitu Berlian natural (natural diamonds).

Ada sebuah paralel yang indah di sini. Seperti tatapan Sore kepada Jonathan yang kilaunya datang dari perasaan tulus, berlian natural juga memancarkan cahaya dari dalam dirinya. Kilau sebuah berlian natural bukan sekadar pantulan cahaya di permukaan. Itu adalah hasil dari perjalanan miliaran tahun di bawah tekanan dan panas bumi yang ekstrem.

Berlian tidak sekadar dibuat, ia dibentuk oleh alam. Proses panjang inilah yang menanamkan sejarah, kekuatan, dan keunikan dalam setiap fasadnya. Kilau yang dipancarkan bukan hanya cahaya, melainkan pantulan dari nilai, ketahanan, dan keabadian.

Ketika kita merayakan momen berharga dalam hidup dengan berlian natural, kita tidak hanya memberikan sebuah perhiasan. Kita memberikan simbol yang maknanya begitu dalam. Sebuah pengakuan bahwa kilau emosional yang kita rasakan sama berharganya, sama alaminya, dan sama abadinya dengan kilau yang terpancar dari batu paling berharga di bumi.

Karena pada akhirnya, setiap kilau yang tulus, baik yang terpancar dari mata maupun yang tersemat di jari adalah cerita berharga yang layak dikenang selamanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun