Menegakkan Prinsip. Seperti yang diungkapkan Menteri Hukum Supratman, usulan ini datang dari pihaknya dan kemudian diajukan oleh Presiden ke DPR. Ini menunjukkan bahwa ada keyakinan di dalam lingkaran kekuasaan bahwa kasus Tom Lembong memang bermasalah secara yuridis. Jadi, ini bukan sekadar langkah politik, tapi juga didasari oleh pertimbangan hukum.
Keterlibatan Sufmi Dasco, seorang petinggi Partai Gerindra, dalam pengumuman ini semakin menggarisbawahi bahwa ini adalah keputusan yang direstui penuh oleh koalisi penguasa.
Pesan untuk Indonesia dan Babak Berikutnya
Keputusan abolisi untuk Tom Lembong ini lebih dari sekadar nasib satu orang. Ia mengirimkan beberapa pesan penting. Pertama, sebuah penegasan bahwa kebijakan seorang pejabat publik seharusnya tidak serta-merta bisa dipidanakan, kecuali ada bukti niat jahat (mens rea) dan keuntungan pribadi yang jelas. Ini bisa menjadi yurisprudensi penting untuk melindungi pejabat lain di masa depan agar tidak takut mengambil keputusan.
Kedua, ini adalah penanda bahwa iklim politik Indonesia mungkin sedang bergerak ke arah yang lebih dewasa dan tidak terlalu pendendam. Tentu, akan ada suara-suara kritis yang mempertanyakan mengapa kerugian negara sebesar itu bisa "dihapuskan" begitu saja. Ini adalah perdebatan yang sah dan sehat dalam demokrasi.
Lalu, apa selanjutnya untuk Tom Lembong? Dengan namanya yang kini bersih dari catatan hukum, pintu kembali ke panggung publik terbuka lebar. Apakah ia akan kembali ke dunia bisnis, menjadi seorang teknokrat di pemerintahan, atau bahkan tetap menjadi suara kritis di luar kekuasaan? Hanya waktu yang akan menjawab.
Di Balik Hitam Putih Hukum
Kisah abolisi Tom Lembong adalah sebuah pengingat yang kuat bahwa hukum tidak selalu beroperasi di ruang hampa. Ia berkelindan erat dengan politik, kekuasaan, dan interpretasi atas keadilan itu sendiri.
Kasusnya membawa kita melampaui vonis sederhana tentang benar dan salah. Ia memaksa kita untuk merenung: di mana batas antara kesalahan kebijakan dan kejahatan korupsi? Seberapa besar peran rekonsiliasi politik dalam memengaruhi keputusan hukum?
Pada akhirnya, keputusan Presiden Prabowo ini bukan sekadar membebaskan satu orang. Ini adalah sebuah pernyataan sikap, sebuah manuver politik cerdas, dan sebuah taruhan besar untuk masa depan persatuan bangsa. Pertanyaan yang tersisa untuk kita semua adalah: apakah langkah besar ini akan menjadi fondasi dari sebuah rekonsiliasi nasional yang tulus dan kokoh, atau hanya jeda sesaat sebelum babak baru drama politik Indonesia dimulai?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI