Kamu berdiri di tengah lautan manusia di sebuah karnaval di Jawa Timur. Tanah yang kamu pijak bergetar hebat, bukan karena gempa, tapi karena dinding-dinding speaker raksasa di atas truk yang memuntahkan gelombang bass. Getarannya merambat dari telapak kaki, naik ke tulang kering, hingga terasa merontokkan rongga dada. Ribuan orang berjingkrak, larut dalam ekstasi suara yang memekakkan telinga. Ini bukan sekadar musik, ini adalah ritual. Ini adalah fenomena sound horeg.
Di pusat badai desibel itu, di balik meja mixer yang berkelip-kelip, berdiri seorang pria dengan sorot mata fokus. Tangannya lincah menari di atas tombol dan tuas, menaikkan dan menurunkan frekuensi dengan presisi seorang maestro. Ia adalah sang dirigen dari orkestra sonik ini.
Pria itu adalah Ahmad Abdul Aziz (29), atau yang kini lebih akrab disapa Memed. Dan belakangan ini, wajahnya ada di mana-mana. Sebuah video singkat yang merekam aksinya saat "mengaduk" suara untuk Brewog Audio, salah satu raksasa sound system dari Blitar, meledak di media sosial.
Dunia maya pun beraksi dengan cara khasnya. Memed mendadak jadi selebriti. Wajahnya jadi meme, gerakannya diparodikan, dan namanya bahkan dipelesetkan dengan jenaka menjadi "Thomas Alva Edison", sang penemu listrik, sebuah julukan satire untuk sang "penemu" getaran horeg.
Tapi, siapa sebenarnya sosok di balik viralitas ini? Di balik julukan megah dan kantong mata yang menghitam itu, tersimpan sebuah kisah tentang gairah yang diwariskan, kerja keras yang merenggut waktu tidur, dan secercah harapan agar sumber kehidupannya tidak dimatikan.
Viral karena atur sound horeg, Memed dari Brewog Audio klarifikasi julukan 'Edison' & kantong mata. Ia patuh aturan asal sound system tidak dilarang. - Tiyarman Gulo
"Harus Kuat Mental", Reaksi Santai Sang Bintang Dadakan
Ditemui di Malang di sela-sela kesibukannya, Memed mengaku kaget bukan kepalang dengan popularitasnya. Ia, seorang operator sound dari Desa Jiwut, Blitar, kini dikenal jutaan orang. Namun, saat ditanya apakah ia marah dengan semua parodi dan julukan aneh itu, jawabannya sungguh di luar dugaan.
"Gak marah," ujarnya singkat, diiringi senyum tipis. "Sebab, Mas Bre (pemilik Brewog Audio) selalu bilang kepada kami agar harus kuat mental."
Kalimat sederhana itu membuka tabir tentang dunia persilatan sound system yang keras. Ini bukan sekadar hobi, ini adalah arena yang penuh kompetisi, kritik pedas dari sesama pecinta audio, dan tekanan untuk selalu tampil sempurna di setiap acara. Mental yang kuat bukan lagi pilihan, tapi syarat utama untuk bertahan.
DNA Sound System, Gairah yang Mengalir dari Darah Sang Ayah
Banyak yang mengira Memed adalah seorang insinyur audio lulusan sekolah teknik ternama. Kenyataannya, ia tidak punya latar belakang pendidikan formal di bidang itu sama sekali. Cintanya pada dunia 'jedag-jedug' ini adalah warisan.
"Sejak kecil saya diajak oleh ayah saat menjadi operator sound system. Jadi memang sudah akrab," kenangnya.
Bayangkan seorang anak kecil yang ikut ayahnya bekerja, bukan di kantor atau sawah, tapi di belakang panggung yang riuh. Ia tumbuh besar dengan aroma kabel terbakar, dengungan trafo, dan dentuman bass yang menjadi lagu pengantar tidurnya. Gairah itu meresap secara alami, diturunkan dari ayah ke anak.