"Itu terlihat seperti lengan, mungkinkah itu dia?" ucapnya kepada petugas, seperti dikutip dari Deccan Herald. "Tapi mungkin juga seekor ikan. Saya tidak tahu."
Keraguan dalam suaranya menunjukkan betapa ia berharap firasat terburuknya salah. Namun, informasinya sudah cukup untuk mengarahkan tim penyelamat.
Kepastian yang Menghancurkan Harapan
Petugas penyelamat segera bergerak ke titik yang ditunjuk oleh Frazao. Mereka menyelam ke dasar sungai yang keruh, dan dalam waktu singkat, mereka menemukan apa yang ditakutkan semua orang. Di sanalah, di dasar sungai, terbaring jasad Raissa, gadis kecil yang telah mereka cari selama berhari-hari.
Jasadnya segera dievakuasi dari dalam air. Harapan yang tersisa seketika sirna, berganti dengan duka yang mendalam. Penyelidikan lebih lanjut pun dilakukan. Hasil visum kemudian mengonfirmasi penyebab kematian Raissa: ia meninggal karena tenggelam tanpa disengaja, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan atau trauma fisik pada tubuhnya.
Sebuah Tragedi Penuh Ironi
Kisah Lenildo Frazao dan penemuan jasad Raissa adalah sebuah tragedi berlapis. Ini adalah tragedi hilangnya nyawa seorang anak, dan juga sebuah kisah tentang ironi takdir yang menempatkan seorang jurnalis dalam posisi yang tak pernah ia bayangkan. Ia datang untuk melaporkan sebuah cerita, namun pulang sebagai bagian tak terpisahkan dari cerita itu sendiri.
Peristiwa ini menjadi pengingat yang kuat bahwa di balik setiap berita yang kita baca atau tonton, ada manusia dengan emosi, ketakutan, dan terkadang, takdir yang tak terduga. Lenildo Frazao mungkin akan selamanya mengingat hari di mana kakinya tak sengaja menemukan jawaban atas pertanyaan yang sedang ia laporkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI