Armand Hartono. Menjadi "mesin uang". Jabatannya sebagai Wakil Presiden Direktur BCA Tbk menempatkannya di pusat benteng finansial grup yang paling kokoh.
Dengan pembagian peran yang jelas ini, tentakel-tentakel bisnis Djarum pun mulai menjulur ke segala arah.
Benteng Finansial. Tak hanya BCA, bank swasta terbesar di Indonesia, mereka juga memiliki PT Daya Network Lestari dan bahkan berinvestasi di platform wealth-tech Moduit.
-
Kerajaan Properti. Dari pusat perbelanjaan ikonik seperti Grand Indonesia dan Margo City, hingga jaringan hotel mewah Padma Hotels and Resorts, mereka menguasai lahan-lahan strategis.
Serangan Digital. Lewat GDP Venture, mereka melahirkan Blibli sebagai raksasa e-commerce, dan Mola TV sebagai pemain di layanan hiburan.
Kehidupan Sehari-hari. Butuh barang elektronik? Ada Polytron (PT Hartono Istana Teknologi). Butuh belanja bulanan? Ada PT Supra Boga Lestari Tbk. (pemilik Ranch Market, Farmers Market).
Infrastruktur Vital. Sadar bahwa semua bisnis digital butuh koneksi, mereka juga membangun infrastruktur telekomunikasi sendiri lewat PT Sarana Menara Nusantara Tbk.
Kembali ke Tanah. Mereka tak lupa daratan, dengan memiliki sejumlah perusahaan perkebunan besar seperti PT Hartono Plantation Indonesia.
Lingkaran Sempurna
Sekarang, mari kita kembali ke pertanyaan awal, mengapa rumah sakit?
Setelah melihat peta gurita bisnis mereka, investasi di RS Hermina tidak lagi terasa aneh. Itu adalah langkah yang sangat logis. Ini bukan tentang "tobat" dari bisnis rokok. Ini adalah tentang melengkapi ekosistem. Mereka sudah memiliki hampir segalanya, bank untuk transaksi Anda, mal untuk belanja Anda, TV untuk hiburan Anda, aplikasi untuk belanja online Anda, bahkan menara BTS untuk sinyal ponsel Anda.
Satu-satunya sektor raksasa yang belum mereka sentuh secara masif adalah kesehatan. Dengan berinvestasi di RS Hermina, mereka menancapkan satu lagi tentakel kuat di sektor yang akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat.