Selama berhari-hari, tajuk utama dipenuhi dengan berita mencekam tentang konflik yang memanas di Timur Tengah. Harga-harga melambung, para ahli memprediksi skenario terburuk, dan dunia seakan menahan napas. Tapi pagi ini, semua berubah. Angka-angka di layar perdagangan yang tadinya berwarna hijau (tanda naik) kini merah padam, anjlok tajam. Apa yang terjadi? Sebuah pengumuman gencatan senjata ribuan kilometer jauhnya telah membalikkan keadaan dalam semalam.
Inilah drama yang baru saja terjadi di panggung dunia pada Selasa, 24 Juni 2025. Harga minyak global, yang sebelumnya terbang tinggi di tengah kekhawatiran perang antara Israel dan Iran, tiba-tiba terjun bebas. Ini bukan sekadar cerita tentang angka dan grafik bagi para pialang di Wall Street. Ini adalah kisah nyata tentang bagaimana ketakutan, harapan, dan politik tingkat tinggi bisa menciptakan gelombang kejut yang getarannya terasa hingga ke pom bensin dekat rumah Anda.Â
Harga minyak global anjlok drastis setelah kesepakatan gencatan senjata Israel-Iran. Kabar damai ini meredakan kekhawatiran pasar akan gangguan pasokan. - Tiyarman Gulo
Saat Dunia Berada di Ujung Tanduk
Untuk memahami betapa signifikannya kejatuhan harga ini, kita perlu memutar waktu sedikit ke belakang. Selama 12 hari terakhir, pasar global hidup dalam kecemasan. Konflik antara Israel dan Iran, dua kekuatan besar di Timur Tengah, telah mencapai titik didih. Serangan Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran menjadi bensin yang menyiram api, memicu kekhawatiran akan pecahnya perang skala penuh yang bisa melumpuhkan salah satu jalur arteri minyak terpenting di dunia.
Kepanikan ini punya harga. Para pedagang di seluruh dunia mulai membeli minyak bukan hanya berdasarkan kebutuhan saat ini, tetapi juga karena ketakutan akan kelangkaan pasokan di masa depan. Akibatnya? Harga minyak mentah Brent (patokan global) dan WTI (patokan AS) meroket ke level tertinggi dalam lima bulan. Dunia seolah sedang membayar "uang muka" untuk sebuah perang yang belum tentu terjadi. Setiap berita konflik menjadi alasan untuk menaikkan harga, menciptakan spiral kecemasan yang tak berujung.
Sebuah Pengumuman yang Mengubah Segalanya
Lalu, di tengah malam yang tegang, secercah cahaya muncul dari tempat yang tak terduga. Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan sesuatu yang terdengar mustahil beberapa jam sebelumnya: Israel dan Iran telah menyetujui gencatan senjata penuh.
Menurut pernyataan tersebut, Iran akan memulai jeda pertempuran terlebih dahulu, diikuti oleh Israel 12 jam kemudian. Jika ketenangan ini bertahan, konflik yang telah membuat dunia was-was selama hampir dua minggu akan resmi berakhir.
Seketika, pasar bereaksi. Kabar ini seperti menekan tombol "reset" raksasa. Minyak Brent yang tadinya gagah perkasa, langsung anjlok 3,76 persen ke level $68,79 per barel. Nasib serupa menimpa minyak WTI yang terperosok 3,94 persen ke posisi $65,46 per barel. Bayangkan, dalam semalam, kenaikan harga yang dibangun susah payah selama berminggu-minggu oleh rasa takut, langsung luntur begitu saja.
Mengapa Harga Bisa "Terjun Bebas"?
Anda mungkin bertanya, "Bagaimana bisa sebuah pengumuman membuat harga anjlok sedramatis itu?" Jawabannya ada pada sebuah konsep yang oleh para analis disebut risk premium, atau yang bisa kita sebut dengan istilah lebih sederhana: "biaya cemas" atau "harga ketakutan".
Bayangkan Anda hendak membeli tiket pesawat untuk liburan tiga bulan lagi, tetapi ada rumor maskapainya akan mogok kerja. Anda mungkin bersedia membayar sedikit lebih mahal untuk tiket dari maskapai lain yang lebih pasti, bukan? Uang ekstra yang Anda bayarkan itulah "biaya cemas".
Hal yang sama terjadi pada minyak. Ketika ada risiko perang di Timur Tengah, para pembeli bersedia membayar lebih mahal untuk setiap barel minyak sebagai jaminan pasokan. "Biaya cemas" ini menumpuk di atas harga dasar minyak. Nah, ketika Trump mengumumkan gencatan senjata, "biaya cemas" itu menguap seketika.
Tony Sycamore, seorang analis dari IG, menjelaskannya dengan sempurna: "Dengan adanya kabar gencatan senjata, kini kita melihat risk premium yang mendorong harga minyak pekan lalu mulai menguap." Pasar tidak lagi perlu membayar asuransi untuk risiko perang yang kini telah mereda. Harga pun kembali ke level yang lebih fundamental.