Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Banyak Situs Pemerintah dan Sekolah Diretas Jadi Judol

2 Juni 2025   12:58 Diperbarui: 2 Juni 2025   12:58 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak Situs Pemerintah dan Sekolah Diretas Jadi Judol (Photo by Antara)

Hukum - Kamu sedang mencari informasi penerimaan siswa baru di sebuah SMK negeri. Kamu ketik "SMKN 1 Bekasi" di Google, klik link paling atas... dan yang muncul malah promo slot gacor bet 100 perak, pasti cuan! Absurd? Ya. Tapi ini nyata.

Fenomena ini bukan hanya sekali dua kali terjadi. Di tahun 2024-2025, makin sering kita jumpai situs resmi pemerintah dan sekolah tiba-tiba berubah wajah, dari tempat resmi jadi lapak judi. Kita pun bertanya, kenapa bisa begitu? Apa enggak ada yang ngawasin?

Banyak situs pemerintah & sekolah diretas karena keamanan lemah, SEO tinggi, dan kurang pengawasan, lalu dimanfaatkan sindikat judol untuk promosi. - Tiyarman Gulo

Situs Resmi, Wajah Digital yang Terkelupas

Situs web dengan domain .go.id dan .ac.id adalah lambang resmi institusi di negeri ini, baik pemerintahan maupun pendidikan. Mereka adalah wajah digital kita. Namun, ironisnya, wajah-wajah ini kini makin sering "dipermak" paksa oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab.

Di sinilah kita mulai menyadari, ternyata, kepercayaan digital itu sangat rapuh.

Kenapa Situs Pemerintah dan Sekolah Mudah Diretas?

Alasannya banyak, tapi yang paling utama,

  • Minimnya keamanan siber. Banyak situs dibuat hanya untuk formalitas. Sistem CMS yang usang, tanpa update. Tak ada firewall. Bahkan tak ada admin khusus IT di beberapa instansi daerah.

  • Tidak ada maintenance. Setelah situs diluncurkan, dibiarkan begitu saja. Layaknya rumah kosong yang tak pernah dikunci, akhirnya jadi tempat singgah peretas.

  • Gunakan plugin bajakan atau kode open-source tanpa patch keamanan. Ini seperti membangun rumah pakai bahan bekas, lalu ditinggal tanpa pagar.

SEO, Uang, dan Sindikat Luar Negeri, Motifnya Apa?

Situs-situs ini bukan diretas cuma untuk iseng. Ada uang besar di baliknya.

Domain .go.id dan .ac.id dipercaya oleh Google. Begitu situs itu disusupi konten judi (biasanya disisipkan di halaman tersembunyi), maka rankingnya di mesin pencari naik. Lalu, sindikat pun mulai memasukkan keyword seperti "slot gacor," "judi bola Piala Dunia," dan semacamnya.

Ini disebut teknik black-hat SEO. Para sindikat ini bahkan berasal dari luar negeri, misalnya dari Kamboja atau Filipina, yang memang dikenal sebagai basis operasi industri judi online ilegal. Mereka menggunakan selebgram lokal, akun palsu, hingga paid backlink untuk memaksimalkan penyebaran.

Ini Bukan Cuma Masalah Teknologi, Tapi Budaya!

Kita sering kali berpikir, "Ah, tinggal update sistem aja kok." Tapi kenyataannya lebih dalam dari itu.

Ini soal budaya. Budaya "yang penting jadi." Budaya "asal ada laporan." Budaya "yang penting sudah punya website."

Padahal website bukan sekadar formalitas, ia adalah gerbang interaksi digital antara negara dan rakyatnya. Ketika pintu itu bisa digembok dari luar, lalu dipajang iklan judi, apa yang rakyat bisa percaya?

Dampaknya Nyata dan Mengkhawatirkan

  • Citra institusi hancur. Bayangkan situs sekolah dasar malah memajang tautan "bonus deposit harian."

  • Masyarakat bingung dan kehilangan kepercayaan. Anak muda yang baru mau daftar kuliah, malah dapat virus dari situs kampus.

  • Hukum dilanggar. Situs negara yang seharusnya steril, malah jadi alat promosi bisnis ilegal.

  • Jaringan makin rentan. Ketika satu situs bisa ditembus, tak menutup kemungkinan sistem lain juga terbuka.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Solusinya bukan hanya teknis, tapi menyeluruh,

  1. Audit berkala terhadap seluruh situs .go.id dan .ac.id.
  2. Rekrut admin profesional TI di setiap instansi.
  3. Bangun kesadaran keamanan digital dari atas ke bawah.
  4. Libatkan komunitas lokal IT dan kampus untuk bantu pemantauan.
  5. Literasi digital bagi semua pihak: pejabat, guru, siswa, dan masyarakat umum.

Jika Wajah Resmi Negeri Ini Saja Bisa Diretas, Apalagi Isinya?

Situs adalah wajah. Dan saat wajah kita dipermalukan sedemikian rupa, kita harusnya marah. Tapi kemarahan tidak cukup. Harus ada tindakan nyata. Karena kalau kita tak jaga wajah digital kita sendiri, jangan salahkan orang lain kalau kita dipermalukan terus-menerus di panggung global.

Mau sampai kapan situs negara dikenal karena slot gacor dan bukan karena pelayanan publik?.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun