Akhirnya, ada guru yang mengabdi 15 tahun lebih dengan bayaran ratusan ribu rupiah per bulan, tanpa jaminan karier dan masa depan.
c. Birokrasi dan Tunjangan yang Tersendat
Masalah lain adalah penyaluran tunjangan yang sering terlambat. Guru yang sudah mengajar penuh semangat harus sabar menanti dana sertifikasi atau tunjangan daerah yang terhambat birokrasi.
Bahkan ada yang menunggu berbulan-bulan, tanpa kejelasan. Bukankah ini menyedihkan?
d. Serikat Guru itu Ada, Tapi Tak Didengar
Di negara-negara maju, serikat guru punya kekuatan politik. Mereka bisa menekan pemerintah untuk menyusun kebijakan pro-pendidikan. Di Indonesia, sayangnya, serikat guru cenderung lemah dalam negosiasi.
Mereka kadang terdengar di media, tapi tak cukup kuat di meja rapat. Akibatnya, suara guru sering hilang ditelan wacana-wacana elite.
Kenapa Guru Masih Kurang Diistimewakan?
Ini pertanyaan besar. Kalau kita tahu pendidikan penting, dan guru adalah ujung tombaknya, kenapa mereka tidak diprioritaskan secara nyata?
Beberapa jawabannya antara lain,
- Politik anggaran yang masih lebih mengutamakan pembangunan fisik daripada pembangunan manusia.
- Kurangnya urgensi politik, Isu guru tidak selalu dianggap "menjual" di mata elite.
- Budaya birokrasi yang lambat dan berbelit.
- Masyarakat yang belum cukup vokal menuntut keadilan bagi para guru.
Refleksi dan Jalan Tengah
Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan satu pihak. Pemerintah punya beban berat membagi anggaran nasional. Tapi kita juga tak bisa membiarkan profesi guru terus dianaktirikan.
Yang perlu dilakukan antara lain,
- Reformasi birokrasi pendidikan agar tunjangan dan gaji guru bisa cair tepat waktu dan transparan.
- Penguatan organisasi guru agar bisa bernegosiasi lebih efektif.
- Pengangkatan massal guru honorer berkualitas menjadi PPPK/PNSÂ dengan mekanisme lebih adil.
- Edukasi publik tentang pentingnya menghargai profesi guru secara nyata, bukan hanya lewat ucapan manis.
Kalau Guru Bahagia, Indonesia Sejahtera
Tak ada bangsa yang besar tanpa pendidikan yang kuat. Dan tak ada pendidikan yang kuat tanpa guru yang dihargai. Bukan hanya dihormati lewat upacara dan slogan, tapi lewat gaji yang layak, perlindungan kerja, dan penghargaan sosial.
Jika kita sungguh percaya bahwa guru adalah kunci peradaban, maka sudah saatnya kita membuka pintu kemajuan dengan kunci yang benar.