Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aib Sebagai Komoditas Politik

16 April 2025   15:45 Diperbarui: 16 April 2025   15:45 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik - Seorang politisi muda yang bersih, punya rekam jejak baik, dan penuh ide cemerlang muncul di panggung nasional. Belum juga kampanye dimulai, tiba-tiba muncul akun anonim di media sosial yang membongkar "chat pribadi" yang katanya dari dia. Tanpa klarifikasi, berita itu meledak. Netizen merespons cepat, bikin meme, nyinyir, bahkan minta dia mundur. Lalu muncul opini, "Ah, ini mah baru bisa naik kalau udah punya aib. Di politik tuh, aib itu tiket masuk."

Konyol? Ya. Realistis? Juga ya. Dalam dunia politik Indonesia (dan juga dunia), isu pribadi sering lebih viral daripada visi misi. Publik lebih tertarik menggosip ketimbang mengulas program kerja. Dan yang lebih bahaya, banyak pihak yang tahu celah ini, lalu menggunakannya sebagai senjata politik.

Tulisan ini mau mengupas bagaimana "aib" digunakan sebagai komoditas dalam pertarungan politik, melalui contoh nyata, kasus Ridwan Kamil dan Lisa Mariana, sambil mengulas lebih luas bagaimana budaya ini bisa memengaruhi kualitas demokrasi kita!

Skandal pribadi sering jadi alat dalam politik Indonesia. Kasus RK-Lisa tunjukkan bagaimana aib dimanfaatkan untuk membentuk opini dan menjatuhkan lawan. - Tiyarman Gulo

Skandal dan Politik, Cerita Lama yang Selalu Baru

Dalam sejarah politik modern, skandal pribadi bukan hal baru. Dari kasus Monica Lewinsky di Amerika Serikat, video mesum di Indonesia, sampai tuduhan perselingkuhan, semuanya punya satu kesamaan, mampu menghancurkan atau mempercepat karier politik seseorang.

Menurut riset LSE (London School of Economics), skandal politik pribadi cenderung lebih berdampak negatif terhadap persepsi publik ketimbang skandal kebijakan. Artinya, orang lebih marah kalau tahu politisinya selingkuh, daripada kalau politisinya bikin UU yang merugikan rakyat.

Kenapa bisa begitu? Karena manusia lebih gampang terhubung secara emosional dengan hal yang bersifat personal. Logika bisa dibantah, tapi perasaan sulit ditolak.

Politik Indonesia: Fitnah, Fakta, dan Framing

Di Indonesia, politik bukan sekadar urusan kebijakan. Ia adalah pertunjukan besar, tempat citra dan persepsi jadi senjata utama.

Dalam kontestasi politik, persepsi publik adalah segalanya. Dan untuk mengendalikannya, kadang kebenaran harus dikorbankan. Di sinilah muncul praktik framing, hoaks, dan eksploitasi aib.

Aib bisa dibuat. Aib bisa dibesar-besarkan. Aib bisa dijual. Dan yang lebih menakutkan, aib bisa dibentuk bahkan dari hal yang tidak pernah terjadi.

Studi Kasus: Ridwan Kamil dan Lisa Mariana

Awal 2024, media sosial dihebohkan dengan nama baru, Lisa Mariana, perempuan yang mengklaim memiliki hubungan pribadi dengan Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jawa Barat yang sedang naik daun dalam bursa politik nasional.

Lisa menyebut bahwa ia pernah dekat secara emosional dan bahkan menyatakan sempat ditawari uang Rp2 miliar agar menghentikan penyebaran isu ini dan membersihkan nama RK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun