Selain itu, banyak UMKM masih belum memiliki strategi pemasaran yang efektif, sehingga produk mereka kurang dikenal oleh calon pelanggan potensial.
2. Kurangnya Adopsi Teknologi dan Inovasi
Masih banyak UMKM yang belum memanfaatkan teknologi modern, seperti e-commerce dan digital marketing. Padahal, inovasi berbasis teknologi dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing usaha mereka.Â
Di sisi lain, keterbatasan infrastruktur dan pengetahuan tentang teknologi juga menjadi hambatan bagi UMKM di daerah pedesaan.
3. Kapasitas Manajerial
Sebagian besar pelaku UMKM belum memiliki kemampuan manajemen yang memadai, seperti dalam hal pembukuan, pemasaran, atau pengelolaan sumber daya manusia.Â
Hal ini membuat usaha sulit berkembang secara berkelanjutan. Untuk itu, pelatihan manajemen usaha dan mentorship dari pelaku bisnis yang lebih berpengalaman menjadi solusi penting.
4. Regulasi dan Perizinan
Banyak UMKM yang kesulitan mengurus perizinan usaha karena prosesnya yang rumit dan memakan waktu.Â
Oleh karena itu, penyederhanaan birokrasi dan digitalisasi layanan perizinan sangat diperlukan agar UMKM dapat beroperasi dengan legalitas yang lebih mudah.
5. Kurangnya Akses ke Sumber Daya Berkualitas
UMKM sering mengalami kendala dalam mendapatkan bahan baku berkualitas dengan harga yang kompetitif. Selain itu, keterbatasan tenaga kerja terampil juga menjadi hambatan dalam meningkatkan produktivitas.
Apa Langkah Selanjutnya?
UMKM telah terbukti menjadi motor penggerak utama perekonomian Indonesia, dengan kontribusi yang besar terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.Â
Namun, agar UMKM bisa naik kelas dan berdaya saing global, diperlukan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.
Dukungan dalam bentuk pembiayaan yang lebih fleksibel, akses pasar yang lebih luas, serta peningkatan keterampilan manajerial dan teknologi akan menjadi kunci keberhasilan UMKM ke depan.Â