Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tren #KaburAjaDulu, Realitas atau Pelarian?

20 Februari 2025   23:50 Diperbarui: 20 Februari 2025   22:58 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tren #KaburAjaDulu, Realitas atau Pelarian? | kompas

Worklife - "Mending kabur aja dulu!" Ungkapan ini semakin sering terdengar di media sosial, terutama dari generasi muda yang merasa masa depan mereka lebih menjanjikan di luar negeri. 

Tagar #KaburAjaDulu kini menjadi tren yang banyak diperbincangkan, mencerminkan keinginan banyak orang untuk mencari peluang hidup yang lebih baik di luar negeri. 

Tapi, apa sebenarnya yang menyebabkan tren ini muncul? Apakah benar kesempatan kerja di Indonesia semakin sulit? Atau ada faktor lain yang ikut berperan?

Tren #KaburAjaDulu muncul akibat keterbatasan peluang kerja, ketimpangan ekonomi, dan budaya kerja yang kurang kondusif, tetapi bekerja di luar negeri juga penuh tantangan. -Tiyarman Gulo

Faktor yang Mendorong Tren #KaburAjaDulu

  1. Banyak lulusan perguruan tinggi yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang mereka. Persaingan ketat, gaji yang tidak sebanding dengan biaya hidup, serta sistem rekrutmen yang tidak selalu transparan membuat banyak orang memilih untuk mencari peluang di luar negeri.

  2. Ketimpangan ekonomi yang besar membuat sebagian orang merasa sulit untuk naik kelas sosial. Banyak orang percaya bahwa bekerja di luar negeri menawarkan kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan kesejahteraan finansial dan meningkatkan kualitas hidup.

  3. Budaya kerja di Indonesia sering kali dikritik karena jam kerja panjang, tekanan tinggi, serta kurangnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Negara-negara maju cenderung memiliki regulasi yang lebih baik dalam hal kesejahteraan karyawan.

  4. Kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat, seperti rendahnya upah minimum, biaya pendidikan yang tinggi, serta terbatasnya jaminan sosial, semakin membuat generasi muda pesimis terhadap masa depan mereka di Indonesia.

  5. Tidak bisa dipungkiri, media sosial juga berperan besar dalam membentuk pola pikir generasi muda. Banyak influencer yang berbagi pengalaman hidup di luar negeri dengan gaya yang menarik, membuat banyak orang terinspirasi untuk mencoba hal serupa.

Dampak dan Risiko

Meningkatnya jumlah pekerja yang pergi ke luar negeri berdampak pada individu dan pada negara. Fenomena brain drain, di mana tenaga kerja berbakat lebih memilih bekerja di luar negeri, dapat menghambat perkembangan ekonomi dan inovasi di Indonesia. 

Di sisi lain, bekerja di luar negeri juga bukan tanpa risiko. Adaptasi budaya, kendala bahasa, perbedaan hukum ketenagakerjaan, hingga kemungkinan eksploitasi adalah tantangan yang harus dihadapi oleh mereka yang memilih "kabur" ke luar negeri.

Selain itu, keterpisahan dengan keluarga dan teman juga menjadi tantangan emosional bagi diaspora Indonesia. Tidak sedikit yang mengalami homesick berkepanjangan dan merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar negeri, terutama jika mereka bekerja di negara dengan budaya yang sangat berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun