Takir Plontang sebagai tradisi di Satu Suro
Apakah kalian pernah dengar dengan tradisi suran ?
So, kalian sudah sering mendengar istilah suran atau suro. Dalam tradisi Jawa, bulan suro ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan untuk melakukan intropeksi diri selama perjalanan selama satu tahun. Dalam penanggalan Jawa oleh sultan Agung 1 Suro tahun alip bertepatan dengan 1 muharam 1043 Hijriah.
Kata Suro diambil dari bahasa arab yakni 'asyura' berarti "sepuluh", maknanya adalah tanggal 10 pada bulan Muharram. Pada 10 Muharram ini bagi masyarakat islam memiliki arti yang penting yaitu puasa memperingati satu Muharram. Selain puasa orang islam juga merayakan atau mengisi dengan berbagai kegiatan keislaman seperti manakiban, tahlilan dan masih banyak lainnya. Ciri khas dari tradisi bulan suro adalah dengan takir plonthang sebagai komponen wajib yang harus ada.
Takir plonthang adalah sebuah tempat yang terbuat dari daun pisang dibentuk cekung atau seperti perahu dengan lidi pohon kelapa sebagai pengikat dan dikasih janur atau daun kelapa muda di bagian pinggirnya. Takir mempunyai arti 'tatake pikir' maksudnya memantapkan pikiran kita untuk menyembah dan berserah diri hanya kepada Tuhan yang Maha Esa. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Insyirah ayat 8
Artinya "dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap".
Dalam ayat ini, Allah menegaskan agar Nabi Muhammad tidak mengharapkan pahala dari hasil amal perbuatannya, akan tetapi hanya menuntut keridaan Allah semata. Karena Dia-lah sebenarnya yang dituju.
Takir ialah tempat, dimana tempat tersebut dapat diisi oleh apapun yang mempunyai takir tersebut. Takir ini diibaratkan sebagai amalan dimana kita sebagai manusia dapat memilih untuk mengisi takir tersebut dengan amal kebaikan atau keburukan, karena pada akhirnya akan kembali ke manusia itu sendiri.
Makna dari takir plonthang sendiri ialah symbol mencegah bahaya yang tidak diinginkan. Keunikan lainnya terletak pada penggunaan janur kuning pada sisi-sisi takir plonthang. Filosofi dari janur ialah sebagai pengikat. Warna kuning bermakna symbol komunikasi. Janur Kuning dalam takir plonthang mempunyai symbol dan makna saling terikat antara sang pencipta dan ciptaan-Nya. Bentuk takir plonthang seperti perahu, maknanya seperti kehidupan keluarga. Dimana Ketika perahu berlayar pasti akan bertemu badai petir dilaut. Dari situ nahkoda dan awak kapal di uji. Hal tersebut sama dengan kehidupan keluarga pasti ada cobaan yang datang.
Takir Plontang biasanya terdiri atas nasi (kuning/putih), sambal goreng, srondeng, telur, ayam dan makanan lauk lainnya. Nasi kuning bermakna kekayan atau kemakmuran. Nasi putih bermakna kesuburan dan ungkapan syukur atas panen yang melimpah dan symbol makanan pokok masyarakat Indonesia. Sambel Goreng biasanya terbuat dari tempe,tahu dan kentang yang bermakna bahwa dalam kehidupan harus bergotong royong dan guyup rukun. Telur dadar bermakna bahwa semua manusia diciptakan itu sama,yang membedakan adalah ketakwaan dan keimanannya.