Mohon tunggu...
Titry Frilyani
Titry Frilyani Mohon Tunggu... travel enthusiast

Pegawai swasta, pecinta jalan-jalan yang senang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kota Kecil Itu Bernama Pisa

25 Juni 2012   13:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:33 4402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika mendengar nama Pisa, bagi sebagian besar orang, termasuk saya, yang terbayang adalah menara miring yang terdapat di Italia. Di sebelah mana Italia, saya tidak tahu..Dimana letak menara Pisa, baru saya ketahui setelah saya berkempatan untuk berkunjung ke Italia, dan tentunya berkunjung ke menara Pisa yang tidak boleh dilewatkan. Yang mengagetkan saya ketika browsing bagaimana cara untuk sampai ke menara tersebut, ternyata tempat yang dituju adalah sebuah kota. Jadi, saat itu saya baru sadar kenapa disebut menara Pisa, karena memang letak menara tersebut di kota Pisa. Dari Roma, Pisa dapat ditempuh sekitar 4 jam dengan menggunakan kereta. Saya dan adik saya sengaja membeli tiket jauh-jauh hari sebelum keberangkatan kami ke Italia supaya ketika di Italia tidak harus repot membeli tiket lagi. Kami berangkat dari Roma Termini, stasiun kereta di Roma. Kereta yang kami naiki adalah Trenitalia. Setelah melihat papan pengumuman dan mencari jalur dimana letak kereta yang akan kami tumpangi, kami langsung bergegas ke jalurnya. Tapi sebenarnya, apa yang tertulis di papan agak membingungkan, karena tidak ada kereta dengan tujuan Pisa. Akhirnya kami mencari berdasarkan jam keberangkatan kereta kami. Sesampai di jalurnya pun kami masih bingung karena tujuan keretanya bukan Pisa melainkan Genoa (kalau tidak salah), di samping tidak ada orang yang bisa kami tanyai, ketika bertemu satu petugas yang sedang berjalan, jawabannya pun tidak jelas. Entah karena tidak mengerti bahasa Inggris, atau mungkin memang orang disana tidak seramah orang Indonesia :). Akhirnya ada satu orang yang bisa kami tanyai dan ternyata benar kereta itulah yang kami maksud, jadi kami sudah di lajur yang benar. Dan tepat beberapa saat sebelum kereta itu berangkat, kami sudah berada di atas kereta. Huff, hampir saja kami ketinggalan kereta. Setelah itu kami baru tahu, kalau tujuan akhir kereta ini memang bukan Pisa, sehingga kami tidak menemukan kereta tujuan Pisa di papan keberangkatan. Karena itu, kereta ini tidak hanya berhenti di Pisa, tetapi juga di stasiun-stasiun kota lain. Kursi yang tertera di tiket kami adalah nomor kursi agak belakang. Tapi, entah kenapa..pagi itu kereta yang kami tumpangi sangat kosong. Di gerbong itu saja , hanya ada saya, adik saya dan satu orang Italia. Jadi, gerbong itu bisa dijelajahi dengan bebas, termasuk buat foto-foto. Kalau dilihat dari luar, kereta ini bentuknya tidak jauh beda dengan kereta yang ada di Indonesia. Tapi, ketika sudah masuk ke dalam, baru terlihat bedanya. Kursinya memang 2-2 seperti layaknya kereta di Indonesia, tetapi kursinya saling berhadapan dan di tengah 4 kursi yang saling berhadapan itu, disediakan meja yang dapat dilipat. Kereta ini juga lebih lebar, pintu antar gerbong yang otomatis sangat dijaga kebersihannya. Interior langit-langit di gerbong juga jadi berasa kita ada di pesawat. Begitu juga dengan toiletnya. Jangan bayangkan toilet kereta api di Indonesia yang walaupun titelnya eksekutif, tapi tetap saja tolietnya ga manusiawi. Kereta ini, toiletnya masih kinclong. Cara pengecekan tiket disini buat kami yang baru pertama kali memang aneh. Kita hanya menunjukkan tiket kemudian tiket tersebut discan oleh petugas kereta yang berkeliling gerbong. Canggih hehe..Perjalananan menuju Pisa ini, melalui beberapa kota diantaranya Livorno. Karena tujuan akhir kereta ini bukan Pisa, kami harus siap siap mendekati jam tiba kereta ini di Pisa. Seingat saya, tidak ada pemberitahuan ketika kereta berhenti di stasiun-stasiun. Sepanjang perjalanan, pemandangan yang bisa dilihat pun bermacam-macam, mulai dari perkebunan, hingga pinggir pantai. Jadi, kami bisa melihat sisi lain dari Italia selain kota Roma. Ketika akhirnya sekitar 4 jam, kereta berhenti. Setelah melihat keluar melalui jendela, ternyata kami sudah sampai di Pisa, dan cepat-cepat turun sebelum kereta berangkat lagi. Untuk keluar Stasiun kereta Pisa, atau yang disebut Pisa Centrale, kami harus turun ke basement dan melewati lorong hingga akhirnya naik tangga dan keluar dari stasiun yang tidak terlalu besar ini. [caption id="attachment_196834" align="alignleft" width="250" caption="Pisa Centrale"][/caption] Keluar dari Pisa Centrale, kita disambut oleh kolam kecil dengan air mancur, dan di dekatnya ada peta kota Pisa. Dari peta, kelihatan kalau kota ini memang tidak besar, jadi kami berpikiran untuk beli peta saja dan jalan ke arah menara Pisa. Tapi setelah dipikir-pikir lagi dan melihat peta, sepertinya jalan agak jauh, apalagi cuaca saat itu (akhir Juni) cukup panas. Daripada energi terkuras, kami putuskan untuk naik bis saja. Naik bis pun bukannya tidak bingung. Di dekat Pisa Centrale ada halte bis dan papan petunjuk rute bis, tapi tetap saja kami kebingungan. Tiket bis bisa dibeli secara manual di Pisa Centrale. Tiket bis sebesar 1 euro bisa digunakan dalam waktu 1 jam. Jadi, mau naik bis 2 atau 3 kali selama masa 60 menit, tidak perlu bayar lagi. Setelah beberapa saat melihat-lihat orang yang kira-kira bisa bahasa Inggris, kami memberanikan diri untuk bertanya. Untung deh kami tanya, kalau tidak, entah kapan bisa sampai ke menara Pisa hehe. Memang tidak salah kalau orang Italia terkenal ganteng, bahkan supir bisnya pun ganteng-ganteng hahaha. Sebagian besar penumpang bis ini memang turis, jadi kita tidak usah khawatir akan turun dimana, karena sebagian besar memang turun di menara Pisa. Perjalanan ke menara Pisa tidak sampai 15 menit. Jalan di kota Pisa ini kecil-kecil dan pastinya, sepi. Sama sekali tidak ada kemacetan. Sesampainya di gerbang menara Pisa, yang berupa benteng di istana, kami masuk melalui satu-satunya jalan masuk yang tidak terlalu besar. Setelah berada di dalam kawasan menara itu, terlihat 4 bangunan besar, yaitu Baptistery, Camposanto, Cathedral, dan Leaning Tower atau biasa disebut Menara Pisa. Keempat bangunan tersebut berada di satu kawasan yang merupakan halaman besar, yang dikenal dengan sebutan Piazza del Duomo. Sementara di bagian kanan adalah jalan kecil yang di sisinya banyak orang berjualan souvenir. [caption id="attachment_196835" align="alignright" width="300" caption="Baptistery"]

13405547172072683170
13405547172072683170
[/caption] Untuk membeli tiket masuk ke 4 bangunan ini ada di salah satu bangunan di sebelah kanan jalan di kawasan ini, yaitu di Sinopie Museum. Harga tiketnya adalah 25 euro. Tempat pertama yang paling dekat dari pintu masuk adalah Baptistery, yang merupakan baptistery terbesar di Italia. Bangunan ini berbentuk lingkaran dengan atap seperti kubah dengan bagian atas yang lebih kecil. Bangunan ini didirikan pada tahun 1152 dan didesign oleh Diotisalvi. Di tengah baptistery, terdapat patung St John. Untuk melihat baptistery secara lebih jelas, kita dapat naik ke lantai 2, dan dari jendela bangunan saat naik ke atas, kita bisa melihat indahnya cathedral yang terletak di seberang bangunan ini. Bangunan terbesar di kawasan ini dan terletak di seberang Baptistery adalah Cathedral of St. Ranieri, yang biasa disebut juga Duomo. Dari luar saja, bangunan ini terlihat sangat megah dan besar. Bangunan ini diarsiteki oleh Busketo pada tahun 1064. Seperti layaknya cathedral-cathedral di Italia, salah satu yang mengagumkan dari bangunan ini adalah langit-langitnya dan mozaik-mozaik pada interior bangunan ini sangat khas memperlihatkan pengaruh Byzantium. [caption id="attachment_197004" align="alignleft" width="300" caption="Cathedral"]
13406290261533026691
13406290261533026691
[/caption] Bangunan yang terletak di sebelah utara adalah Camposanto, yang merupakan kompleks pemakaman dan memiliki 3 kapel. Konstruksi tempat ini dimulai pada tahun 1278 oleh seorang arsitek bernama Giovanni di Simone. Banyak yang mengatakan kalau tempat ini adalah pemakaman terindah di dunia, dan sepertinya..ya saya setuju dengan pendapat ini. Dinding-dinding bangunan ini dipenuhi oleh berbagai macam lukisan mural dan sarkofagus dengan ukiran yang luar biasa indahnya. Beberapa makam terdapat di bawah lantai dan dibatasi oleh besi pendek yang dikelilingi rantai sehingga pengunjung tidak menginjaknya. Seumur hidup baru sekali ini saya melihat makam seperti ini. [caption id="attachment_197005" align="aligncenter" width="300" caption="Camposanto"]
13406290721406474032
13406290721406474032
[/caption] Dan tentu saja, yang menjadi tujuan utama wisatawan adalah Menara Miring Pisa. Menara yang pembangunannya dimulai sejak tahun 1173 ini sebenarnya dibuat agar dapat berdiri tegak seperti normalnya menara-menara lain, tetapi tidak lama dari pembangunannya, kemudian menjadi miring akibat lahan yang tidak stabil. Kita harus melalui 294 anak tangga untuk mencapai puncak menara ini, dan tentu saja dengan mengantri terlebih dahulu karena jumlah orang untuk naik dalam satu batch dibatasi. Ketika menaiki menara yang tingginya hampir 60 meter ini, kepala saya agak sedikit pusing karena harus menaiki tangga dengan berputar terus menerus hingga mencapai puncak bangunan. Sesampainya di atas menara, kita bisa melihat pemandangan kota Pisa yang ternyata dikelilingi oleh bukit-bukit. Di puncak bangunan ini pula, terdapat 7 lonceng yang salah satunya memiliki berat lebih dari 3 ton, woww! [caption id="attachment_196808" align="alignright" width="300" caption="Menara Pisa & Cathedral"]
1340550921854104742
1340550921854104742
[/caption] Setelah puas menikmati menara Pisa, kami menyempatkan juga mengunjungi Opera Museum yang di dalamnya juga banyak terdapat mural dan terdapat taman dimana kita bisa memotret Menara Pisa dari sisi yang berbeda. Selesai dari kawasan ini, kami membeli oleh-oleh sedikit untuk dibawa ke Indonesia dan setelah makan siang sebentar di bagian depan kompleks ini (kami makan fast food supaya agak murah tapi juga mencicipi risotto di salah satu restoran lain), kami kembali ke stasiun dengan menaiki bis. Tapi ternyata jam keberangkatan kereta kami masih lama, dan kami tidak bisa menukar dengan jam yang lebih cepat, sepertinya karena tiket kami semacam tiket promo dengan harga yang lebih murah. [caption id="attachment_197006" align="aligncenter" width="300" caption="Kota Pisa"]
1340629189741122331
1340629189741122331
[/caption] Akhirnya, untuk mengisi waktu, kami keliling kota kecil ini dengan bis. Karena kota ini sangat kecil, dalam satu jam (dengan 1 euro) kami bisa menaiki 2 rute bis, karena satu rute bisa ditempuh hanya dengan 15 menit bolak-balik! Ya, Pisa memang kota kecil, tapi rasanya belum sah kita ke Italia kalau belum berkunjung ke Pisa .

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun