Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Nggak Perlu "Gupuh" Ketika Kompetitor Posting Konten Menarik Duluan

29 November 2021   08:10 Diperbarui: 29 November 2021   17:50 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kompetisi kreator konten di media sosial.| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Sebagai content creator, kita selalu dituntut untuk selalu memberikan konten terbaru, menarik dan bisa mendapatkan engagement tinggi.

Gak jarang, akhirnya para konten kreator saling bersaing untuk membuat konten menarik agar bisa mendapatkan label "rujukan" dari netizen.

Pertama-tama kita harus menyamakan persepsi terlebih dahulu, siapa sebenarnya konten kreator itu.

Content creator adalah mereka yang memproduksi suatu karya dan dipublish secara digital, baik melalui website maupun sosial media.

Jadi yang disebut konten kreator tidak terbatas hanya di youtube saja. Mulai dari akun resmi sosial media, akun profit hingga penulis Kompasiana juga disebut sebagai konten kreator.

Nah, mereka semua berlomba untuk membuat konten menarik agar dilihat banyak warganet. Akun profit tentu demi mendapatkan adsense atau iklan sponsor.

Sedangkan akun non profit seperti akun resmi, bersaing mendapatkan engagement, berlomba menjadi akun rujukan terbaik. Sehingga membuat instansi menjadi lebih 'prestige'.

Gak jarang jika ada momen yang viral, para konten kreator "riding the wave" alias numpang di momen itu. Sebut saja Squid Game atau momen viral lainnya.

Tentu, perlombaan terjadi, banyak konten kreator membuat konten dengan tema sama. Kalau sudah gitu, para kompetitor merasa gupuh untuk membuat hal yang sama.

Kasus persaingan konten kreator ini tidak bisa kita tutup mata pasti terjadi dan ada dalam kehidupan kita. Sudah banyak yang menjadi contoh. Lalu apa yang harus kita lakukan?

1. Setiap akun sosial media itu unique

Untuk pertama, kita harus memahami dulu jika kita tidak bisa memukul rata semua akun itu sama. Setiap akun memiliki karakternya sendiri-sendiri, punya follower sendiri, punya best time to post sendiri.

Jadi, tidak semua hal bisa direplikasi dan diterapkan ke akun yang sedang kamu pegang. Karena belum tentu apa yang sedang viral atau sedang tren cocok untuk diterapkan di akunmu.

Sesuaikan kontenmu dengan akun yang sedang kamu pegang, jangan memaksakan mengikuti tren. Jika memungkinkan malah ciptakan tren yang bisa diikuti oleh banyak akun lainnya.

Pelakukan akun sosial media yang sedang kamu pegang layaknya kamu memperlakukan dirimu sendiri. Kamu ingin terlihat seperti apa di depan banyak followermu.

Apakah kamu ingin terlihat receh dengan konten recehmu, terlihat pintar dengan konten edukasimu atau terlihat serius dengan konten informasi kaku yang sedang kamu posting?

Tetapi yang terpenting jangan perlakukan akun sosial media instansimu layaknya akun sosial media pribadimu. Bahkan cenderung sesuka hatimu untuk memposting konten.

Bagi sosial media yang sudah memiliki pattern yang jelas alias pakem, ikuti saja pakem yang sudah dibuat. Karena pattern itu menjadi pondasi awal sebuah akun bisa dikenal banyak orang.

2. Pelajari analytics akunmu

Setelah memahami jika setiap akun itu unique karena memiliki tipe follower sendiri, bentuk karakter akun sendiri dan jam posting terbaik sendiri, maka saatnya kamu mengenal lebih dalam tentang akunmu.

Salah satu cara terbaik untuk mengenal lebih dekat adalah pelajari analytics akunmu. Ini seakan kamu mencoba mengenali dirimu sendiri dari dalam.

Misalnya saja, dalam 3--6 bulan terakhir, konten apa yang disukai oleh followermu. Selain itu, followermu kebanyakan umur berapa, anak-anak, remaja, dewasa atau orang tua.

Dengan begitu, kamu bisa menyesuaikan konten yang kamu produksi untuk bisa menggaet lebih banyak audience. Dengan begitu, engagement semakin besar dan follower semakin bertambah.

Tetapi yang perlu kamu tahu adalah tidak selalu engagement besar berarti itu konten terbaikmu. Bisa saja konten itu mendapatkan engagement besar tapi dikarenakan banyaknya hujatan yang masuk.

Tentu, itu bukanlah sebuah pencapaian yang positif dan cenderung buruk. Oleh karena itu, kamu perlu lakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui lebih baik.

Evaluasi itu bisa dilihat dengan analytics yang sudah disajikan di setiap platform social media. Jika memang kamu mempunyai budget lebih, tentu kamu bisa menggunakan alaytics berbayar untuk mendapatkan insight yang lebih mendalam.

Dari analytics yang tersaji di akunmu, kamu tentu bisa menarik kesimpulan, perlukah kita berlomba-lomba dengan kompetitor untuk siapa yang lebih dulu posting konten dengan tema yang sama?

Ilustrasi. Sumber : Healthline
Ilustrasi. Sumber : Healthline

3. Ingat tujuan akunmu

Ini juga menjadi poin penting dan mendasar, untuk apa akunmu saat pertama kali dibuat untuk diperkenalkan kepada publik. Sebagai akun penyampai informasi ataukah hanya dibuat untuk perlombaan dengan kompetitor?

Perlu diingat dan dibuat sebagai pedoman, bahwa bukan berarti ketika konten kreator lain sudah posting konten menarik duluan lantas kamu menjadi kalah saing.

Tidak. Terlebih bagi akun sosial media yang memang tercipta sebagai "corong informasi" bagi masyarakat. Tidak akan sampai pesan yang kamu sampaikan jika tujuannya untuk perlombaan.

Karena, ketika kamu "gupuh" kamu akan terbiasa untuk segera menjadikan konten yang kamu produksi agar bisa terposting duluan. Tentu efeknya akan berbeda ketika kamu menyiapkan secara matang.

Dengan menyiapkan konten secara matang, tentu materinya akan jauh lebih siap. Efeknya tentu bagi audience sangat besar dengan informasi yang disampaikan.

4. Ciptakan momenmu sendiri

Siapa yang bisa menjamin jika akun kompetitor memposting konten duluan akan lebih menarik atau mendapat engagement lebih tinggi? Tentu tidak akan ada yang bisa menjamin tentang hal tersebut.

Dengan mengolah konten dengan cara yang berbeda dan jauh lebih menarik, kamu tentu punya kesempatan untuk mendapatkan engagement yang lebih baik dari konten kreator lain.

Selain itu, dengan pengalaman dan jam terbang cukup kamu pasti sudah hapal kapan waktu yang pas untuk posting kontenmu. Jika kamu belum terbiasa, sesuaikan kontenmu dengan waktu terbaik konten tersebut. Misalnya saja konten tematik hari besar, momen terbaik mengeluarkan konten tersebut pada detik-detik hari besar tersebut atau hari H.

Agar lebih mudah memahami, lihat dua akun resmi dari Surabaya ini. Mereka sama-sama membahas konten tentang asal usul nama daerah di Surabaya.

Namun, Bangga Surabaya bisa mendapatkan engagement berkali lipat dari Sapawarga Surabaya. Lihat jumlah like yang didapat keduanya.

Sapawarga mendapatkan 2 ribuan like, sedangkan Bangga mendapatkan 12 ribuan like. Sebagai angka kasar, like milik Bangga 6 kali lipat dari Sapawarga.

Padahal Sapawarga posting konten tematik tersebut terlebih dahulu di awal bulan Mei, Hari Jadi Kota Surabaya. Sedangkan Bangga baru posting jelang HJKS.

Dari hal ini kita bisa ambil kesimpulan, jika konten yang terposting duluan mendapatkan engagement lebih tinggi. Ada banyak faktor yang harus diperhitungkan dengan cermat.



5. Kalah cepat posting tidak berarti kita menjadi follower kompetitor

Bagian terakhir yang harus dipahami, ketika kita kalah posting, tidak berarti dunia berakhir. Apalagi anggapan, kita menjadi follower kompetitor karena ikut-ikutan.

Meski tema konten sama, tapi angle konten bisa berbeda, pengemasannya bisa berbeda, jangkauannya pun pada akhirnya juga akan berbeda-beda.

Dengan begitu, cukuplah percaya diri tegakkan kepala untuk posting konten tanpa gupuh jika kompetitor posting terlebih dahulu. Apalagi jika kamu sudah punya follower besar.

Tinggal bagaimana treatment yang kamu berikan pada kontenmu, apakah kamu mengerjakan secara benar ataukah secara asal-asalan segera jadi karena tuntutan deadline.

Contoh di atas sudah cukup membuktikan jika posting duluan tidak berarti engagement lebih besar. Jadi gak perlu gupuh, kalau konten kreator lain naik terlebih dahulu.

Asalkan kamu percaya diri dengan hasil yang kamu tawarkan memiliki nilai lebih, itu sudah modal cukup untuk bisa mendapatkan engagement lebih dari konten kreator lain.

Sebagai penutup, jangan cepat berpuas diri, tetap lakukan evaluasi secara berkala. Apakah kamu bisa mendapatkan engagement lebih tinggi lagi ataukah sudah cukup dengan nilai segitu saja.

Jika kamu rutin melalukan ini, niscaya kamu memiliki jam terbang cukup tinggi untuk disebut konten kreator dan Social Media Specialist.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun