Di saat semua bingung dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang studinya, apa kabar saya yang bekerja di bidang digital yang tidak ada studinya. Bagaimana tidak, tidak ada satu pun jurusan ataupun mata kuliah tentang sosial media.
Memang, sosial media masuk kategori jurusan ilmu komunikasi, namun dalam ilmu komunikasi tidak mengajarkan bagaimana cara kepada saya untuk meningkatkan engagement tinggi di sosial media atau cara pasang ads yang efektif di sosial media.
Jika sudah begitu, kenapa harus mempermasalahkan bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan bidang studinya. Kalau kamu merasa 'okay' dan mampu bersaing hingga berhasil di bidang itu kenapa tidak?
Saya sendiri menjalani dua pendidikan, formal dan non formal. Di bidang formal saya lulusan ilmu komunikasi di kampus komunikasi tertua di Surabaya, sedangkan di bidang non formal saya menjalani pendidikan di dunia broadcasting dan perfilman.
Saat pendidikan non formal, saya mengambil jurusan Penyutradaraan dan fokus di bidang Script Writer. Sedangkan di pendidikan formal saya mengambil bidang studi broadcasting.
Dua pendidikan ini pun sebenarnya sama namun berbeda. Yang satu pendidikan tentang layar lebar, yang satunya tentang dunia broadcasting televisi. Sama namun gak nyambung.
Sebenarnya saya bekerja sudah sejak saya mulai berkuliah, pekerjaan freelance pertama saya adalah editing video. Lalu pekerjaan saya sempat menjadi guru sinematografi hingga bekerja di dunia radio dan menjadi jurnalis. Masih nyambung sedikit dengan dua pendidikan saya.
Namun, mulai gak nyambung sama sekali saat berada di dunia pekerjaan saya saat ini. Tidak ada satu pun dari dua pendidikan saya yang berhubungan dengan dunia pekerjaan saya saat ini di bidang sosial media. Saya harus belajar otodidak dan menjadi fast learner demi memenuhi ekspektasi pimpinan kantor.
Saat pertama kali diberikan amanah pekerjaan ini, pimpinan kantor merupakan tipikal orang yang memasang target tinggi namun tidak terlalu paham tentang dunia sosial media. Bagaimana tidak, 'brand' akun sosial media yang masih baru lahir dipasang target harus bisa menciptakan trending atau bisa membuat konten viral di setiap postingannya.
Tentu itu menjadi hal yang berat dan hampir mustahil untuk dilakukan. Untungnya, pimpinan saya saat itu open-minded untuk diajak berdiskusi terkait hal ini. Saya pun di-support segala hal yang bisa membuat target viral/trending tercapai.
Hanya dalam beberapa bulan saja, target itu terpenuhi. Tidak sampai setahun, akun yang saya pegang sudah mendapatkan centang biru. Dalam setahun, 'brand' sosial media yang saya pegang mendapatkan dua penghargaan sekaligus sebagai sosial media terbaik.